Kakao Produksi Koperasi di Bali Tembus Pasar Dunia
JAKARTA – Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS) di Desa Nusasari, di Kabupaten Jembrana, Bali, yang memproduksi kakao dari para petani anggotanya berhasil menembus pasar cokelat dunia, antara lain Prancis, Finlandia, dan Jepang.
Ketua Koperasi KSS, Ketut Wiadnyana, dalam keterangan tertulis di Jakarta, mengatakan, komoditas kakao produksi para petani di Bumi Mekepung itu bahkan telah mendapat pengakuan dari lembaga uji mutu internasional.
Koperasi KSS ini didirikan dengan tujuan menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga, meningkatkan produktivitas, dan kesejahteraan petani.
Pada 2018, omzet KKS sudah mencapai Rp1,82 miliar, meningkat dari Rp1,75 miliar pada 2017.
Ketut Wiadnyana menceritakan, pengembangan koperasi yang berdiri sejak 2006 ini tidak mudah, pernah jatuh karena buah kakao di lahan seluas 600 hektare diserang hama yang menyebabkan kerugian besar.
“Tapi kami tidak ingin membiarkan koperasi terpuruk, karena masalah tersebut. Maka, harus ada semangat perubahan sehingga koperasi terus maju,” kata Ketut Wiadnyana.
Upaya melakukan perbaikan mutu dan target menembus pasar ekspor, mendorong Koperasi KSS meningkatkan kompetensi.
Koperasi KSS kerap mengikuti bimbingan teknis yang diselenggarakan Kementerian Koperasi dan UKM. Selain itu, koperasi juga mengikuti program Kakao Lestari yang berujung diraihnya sertifikat UTZ pertama di Indonesia, yaitu serifikasi halal kakao berkelanjutan yang diakui secara internasional.
“Sertifikasi UTZ yang mengadopsi sistem berkelanjutan, mampu menempatkan posisi tawar kakao semakin kuat dalam mata rantai produksi sampai dengan pemasaran,” kata Ketut.