Bersihkan Lahan, Petani di Lampung Selatan masih Andalkan Pembakaran
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Sistem tebas bakar limbah pertanian di wilayah Lampung Selatan (Lamsel) hingga kini masih dipertahankan warga. Padahal, kegiatan tersebut memunculkan keluhan mengenai polusi udara.
Salah satu limbah pertanian yang kerap dibakar diantaranya jerami dan batang jagung kering. Sukisno, petani di Desa Pasuruan menyebut, pembakaran dipilih untuk mempercepat pembersihan lahan.
Proses pembakaran batang jagung, diklaim lebih efektif meski polusi akibat asap mencemari lingkungan. Asap pembakaran jagung mencemari kawasan yang ada di dekat lahan pertanian. Sistem yang masih dipertahankan karena mempertimbangkan luas lahan yang harus dibersihkan yaitu mencapai empat hektare.

Pembersihan dengan cara pembakaran dilakukan dengan teknik pengupulan. Limbah batan jagung dikumpulkan untuk mencegah api merembet dan menyebabkan kebakaran. Petani juga menyiapkan air untuk memadamkan jika api pembakaran membesar.
“Polusi asap memang kerap mencemari lingkungan, namun bagi petani cara ini paling murah dan efektif, agar lahan cepat bisa ditanami lagi, abu pembakaran batang jagung juga bisa digunakan sebagai pupuk organik,” terang Sukisno kepada Cendana News, Rabu (19/6/2019).
Sementara itu, asap dari aktifitas pembakaran batang jagung kerap dikeluhkan pengendara. Helmi, salah satu pengurus jasa ekspedisi mengungkapkan, asap pembakaran mengganggu pernapasan. Kualitas udara dan jarak pandang di jalan raya terganggu.
Kondisi kabut asap pekat di jalan raya berpotensi mengakibatkan kecelakaan. “Bagi pengendara waktu pagi hari merupakan saat untuk mendapatkan lingkungan bersih dan segar, namun kalau ada pembakaran limbah pertanian, asapnya mencemari,” papar Helmi.