Kisah Warga Malaka Ikut Operasi Katarak Yayasan Dharmais

Editor: Satmoko Budi Santoso

“Kalau ada anak-anak yang terkena kusta, segera dilaporkan saja ke Pak Falen. Nanti kita akan langsung bantu untuk pengobatannya agar dia tidak cacat,” ujarnya.

Begitu juga untuk bibir sumbing, diharapkan supaya dilaporkan agar cepat ditangani.

“Saya mohon supaya dilaporkan saja kalau bibir anaknya sumbing. Biasanya, orang tua malu kalau anaknya bibir sumbing. Bawa saja biar ganteng lagi, cakep lagi dan tidak perlu malu. Kami akan bantu operasinya, gratis,” ungkap Tutut Soeharto.

Ada pula Zaenab, warga NTT. Mata dia juga katarak sejak tiga tahun lalu. Atas penyakitnya itu, saat membaca Alquran, Zaenab tidak dapat membedakan huruf dengan jelas.

Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut Soeharto berdialog dengan Zaenab, pasien operasi katarak di RS Katolik Mariamun Haliluluk, AtambuaTimor, NTT, Kamis (11/4/2019). Foto: Koni

“Kalau baca Alquran, saya tidak bisa membedakan antara huruf besar dan huruf kecil,” ujarnya saat dialog dengan istri Indra Rukmana.

Salah satu warga Malaka lain juga mengaku senang, adanya operasi katarak oleh tim dokter bedah dari Yayasan Dharmais. Ia mengaku, mendapatkan edaran dari pihak gereja menginformasikan akan ada operasi katarak gratis dari Yayasan Dharmais, milik Presiden Soeharto.

“Saya senang dan langsung mendaftar. Puji Tuhan, saya dioperasi kemarin. Sangat baik hasilnya, tidak terasa sakit. Ya yang nangani dokter-dokter ahli mata semua,” ujar pria setengah baya ini.

Dia berharap, Yayasan Dharmais bisa terus melaksanakan bakti sosial di NTT. Karena menurutnya, masih banyak masyarakat NTT yang  membutuhkan bantuan atas penyakitnya.

Lihat juga...