Ovi, ASN yang Sukses Membangun Usaha
Editor: Mahadeva
Usaha yang biasa disebut Rombengan (berjualan pakaian bekas) dijalani dengan mendatangkan pakaian dari Surabaya. Tapi karena ada perlindungan tekstil nasional, impor barang dari luar negeri semakin sulit. Usaha tersebut akhirnya tutup setelah tiga tahun berkibar. Usaha ternak ayam mulai mengalami guncangan, setelah harga pakan ternak mahal. Harga pakan lokal seperti dedak dan jagung yang naik, membuat pengusaha ayam petelur gulung tikar.
Ovi beralih memelihara babi, dan selama 10 tahun usaha tersebut berkembang menjadi puluhan ekor. “Selain pelihara babi, bekas kandang ayam saya pakai untuk pelihara kambing dan bebek. Sebenarnya bebek saya ingin menjual, tapi setelah beranak hampir semua anak bebek dimakan tikus. Kebutuhan akan ternak sangat tinggi di Sikka, sehingga usaha beternak babi dan kambing bisa mendatangkan keuntungan,” tuturnya.
Kendala menjalankan pekerjaan sebagai ASN, namun tetap berwirausaha, adalah cara membagi waktu. Hal itu, membuat ayah tiga anak tersebut harus pintar-pintar memanfaatkan waktu. Ketekunan dan disiplin dalam berusaha, menghantar Ovi dan isteri kini memiliki dua kios di Pasar Tingkat Maumere. Sebuah kios sembako di Lokaria, dan satu lagi di rumahnya di Wairhubing, Kota Maumere. Ovi bisa menyekolahkan ketiga anaknya, di sekolah yang tergolong mahal biaya pendidikannya.
Obi menyitir peribahasa dalam bahasa Sikka yang berbunyi, Moret Naha Gua Gu Gea.Gua Uma Kare Tua, Bihing Wawi Peni Manu,Gua Da’a Rewu Tawa Gu Gea. Yang artinya, hidup harus terus bekerja agar bisa makan.
