Menanti Kehadiran Observatorium Nasional Timau
Editor: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Gagasan untuk mendirikan observatorium baru di Indonesia mencuat saat disadari bahwa kondisi langit Observatorium Bosscha dirasa tidak lagi ideal.
Setelah melewati beberapa kajian yang dilakukan oleh LAPAN, ITB maupun pihak-pihak terkait, akhirnya pada tahun 2007 pilihan dijatuhkan pada area Gunung Timau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Staf Peneliti Planetarium Jakarta, Widya Sawitar, menjelaskan, observatorium yang baru ini memiliki kelas internasional dan akan dibangun di lereng Gunung Timau Kabupaten Kupang.
“Alasan memilih lokasi ini adalah karena memiliki persentase kecerahan cukup tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia,” kata Widya pada saat ditemui di Planetarium Jakarta, Jumat (29/3/2019).
Widya menjelaskan yang dimaksud dengan tingkat kecerahan ini berkaitan dengan kondisi iklim daerah tersebut yang memiliki curah hujan rendah dan periode hujan yang cukup pendek ditambah tingkat polusi cahaya yang belum tinggi.
Luasan wilayah Observatorium Nasional Timau ini rencananya sekitar 30 hektare. Keseluruhan area ini akan menjadi sejumlah fasilitas pengamatan astronomi, yang meliputi teleskop optik berdiameter 3,8 meter, teleskop survei berdiameter 50 cm serta teleskop matahari berdiameter 30 cm.
“Teleskop optik yang sifatnya adalah reflektor ini merupakan salah satu jenis teleskop majemuk dan setelah melalui berbagai kajian, dianggap yang paling sesuai untuk melakukan penelitian astronomi di observatorium nasional,” urai Widya.
Pertimbangan yang mendasari pilihan ini, antara lain, adalah masalah kapabilitas dan kelincahan teleskop, aspek pembiayaan tepat guna serta kemudahan operasional dan perawatan.