Komoditas Jagung Sulut Butuh Pasar untuk Serap Kelebihan Produksi
MANADO — Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sulawesi Utara (Sulut), Novly Wowiling, mengatakan komoditas tanaman jagung masih membutuhkan pasar untuk menyerap kelebihan produksi.
“Persoalan pasar menjadi penentu, kita masih butuh pelaku pasar agar kelebihan produksi bisa terserap,” kata Wowiling di Manado, Minggu (3/3/2019).
Produksi komoditas jagung daerah berpenduduk lebih dari 2,5 juta jiwa itu, mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang kebanyakan dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor peternakan.
Karena itu dia berharap ada investor yang mau menanamkan investasi di bidang pakan ternak, apalagi dari sisi bahan baku cukup tersedia.
“Saat ini untuk mendatangkan pakan ternak dari Surabaya, kalau ada perusahaan yang dibangun di sini, pasti lebih murah,” ujarnya.
Apabila produksi komoditas tanaman jagung mampu diserap pasar, katakanlah dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak, maka kesejahteraan petani optimistis akan lebih meningkat.
Saat panen raya, harga per kilogram jagung pipihkan kering mencapai Rp2.800, padahal harga yang diharapkan petani sebesar Rp3.500.
Tahun 2018, luas panen jagung 324.171,7 hektare dengan daya mampu produksi sebesar 3,8 ton per hektare.
Dari luas panen tersebut, mampu berproduksi sebanyak 1.231.852 ton jagung dalam pipilan kering dengan target produksi saat itu sebanyak 1.154.010 ton jagung dalam pipilan kering. (Ant)