Kekeringan, Petani di Lombok Selatan Terancam Gagal Panen
Editor: Satmoko Budi Santoso
MATARAM – Meski musim panen telah tiba, tapi hanya dilakukan sebagian petani. Sebagian lagi petani di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terutama Pulau Lombok bagian selatan, tanaman padinya masih jauh dari panen. Bahkan terancam gagal panen, akibat kekeringan, karena jarang hujan.
“Hujannya jarang turun, ini saja hampir mau dua minggu tidak pernah turun hujan. Maka, lahan sawah mengering dan tanaman padi menjadi menguning, akibat kekeringan,” kata Rohati, petani di Kabupaten Lombok Tengah, Senin (11/3/2019).
Tidak serempaknya masa panen antara petani satu dengan petani lain, disebabkan karena masa tanam yang tidak bersamaan juga. Ini terjadi karena kondisi cuaca dan curah hujan yang tidak merata.
Bagi sebagian petani di kawasan selatan yang lebih dahulu panen, umumnya yang menanam padi berpola tanam gogorancah (gora) dengan jenis bibit padi kebanyakan padi merah. Umurnya lebih pendek dan tidak membutuhkan terlalu banyak air sehingga masa panen lebih cepat.
“Kalau yang panen duluan sekarang, kebanyakan yang menanam padi dengan pola tanam gora, yang ketika hujan pertama kali turun bulan November 2018 lalu, langsung menanam,” katanya.
Rohati menambahkan, untuk petani yang menanam padi dengan pola tanam jajar legowo, proses menanam baru dilakukan bulan Januari 2019. Karena hujan lebat dan bisa mengairi lahan sawah baru bulan itu. Maka, tanaman padi masih muda, baru satu-dua yang sudah berbunga dan keluar.
Oking, petani lain mengatakan, akibat kekeringan yang melanda tanaman padi sekarang, tidak menutup kemungkinan banyak petani akan mengalami gagal panen.
“Bagi petani yang memiliki sumur bor atau dekat dengan sungai atau kali yang ada airnya, mungkin saja bisa mengairi tanaman padi menggunakan mesin disel untuk sedot air. Tapi bagi yang jauh dari sungai, apa yang mau diharapkan,” katanya.