20 Tahun Jadi TPA Sampah, Warga Desa Burangkeng Minta Perhatian  

Editor: Koko Triarko

BEKASI – Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, menjadi pusat tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.  Setidaknya, sudah 20 tahunan daerah tersebut dijadikan pusat pembuangan akhir sampah dari 16 kecamatan di wilayah Bekasi, tanpa ada perhatian, bagi masyarakat sekitar.

Padahal, sesuai UU No.18/2008, mengatur terkait kompensasi bagi warga dan lingkungan sekitar, dalam bentuk bantuan, baik fisik dan nonfisik. Namun, hal tersebut belum dirasakan oleh warga Desa Burangkeng. Sebaliknya, infrastruktur desa kurang dilayani dengan baik, apalagi warga mendapat konpensasi seperti warga di sekitar TPA Sumur Batu Kota Bekasi.

Nemin, Kepala Desa Burangkeng -Foto: M Amin

“Tempat lain dibikin bersih, tetapi Desa Burangkeng dibuat kumuh oleh gunungan sampah, harusnya ada perhatian lebih kepada warga kami, ada kepedulian, baik di bidang kesehatan, pendidikan dan infrastruktur,” tegas Nemin, Kepala Desa Burangkeng, Senin (4/3/2019).

Dia membandingkan daerah Burangkeng dengan Bantargebang dan Sumurbatu di Kota Bekasi, yang sama-sama menjadi lokasi TPA. Daerah tersebut mendapat kompensasi Rp300 ribu per bulan yang diterima warganya.

Selama ini, katanya, warga Bantargebang mengambil dana kompensasi melalui Bank Jabar yang ada di Burangkeng, hingga antre panjang. Tentu banyak warga Burangkeng bertanya itu antrean apa, dan dijawab ambil dana kompensasi sampah.

“Pertanyaannya, apa bedanya Burangkeng dengan daerah Bantargebang, Sumurbatu yang sama-sama menjadi tempat sampah, kan wilayah RI juga? Kan kita sama warga manusia sebagai warga negara. Tapi mereka dapat kompensasi, warga Burangkeng, tidak. Tempatnya hanya dimanfaatkan sebagai TPA, ”papar Nemin.

Lihat juga...