Peran KSU Derami di Bidang Lingkungan

Editor: Satmoko Budi Santoso

“Sebenarnya hal ini adalah peluang usaha juga. Untuk itu perlu bagi masyarakat  belajar kerajinan ini. Setidaknya semakin banyak perajin yang muncul, sampah pun dapat dikurangi,” sebutnya.

Sementara itu, Pegiat Bank Sampah yakni Mina Dewi Sukmawati mengatakan, Bank Sampah telah dimulai sejak tahun 2011 lalu. Kini dengan terus dikembangkannya Bank Sampah, ada tiga titik Bank Sampah di Padang yang tersebar di Kecamatan Kuranji.

Perlu adanya menambah titik Bank Sampah, supaya bisa lebih menjangkau masyarakat yang menjualkan sampah-sampah keringnya.

Pegiat Bank Sampah Mina Dewi Sukmawati memperlihatkan hasil kerajinan yang menggunakan bahan dari sampah atau barang bekas/Foto: M. Noli Hendra

Menurutnya, selama ini sistem yang diberlakukan dalam Bank Sampah, ada barang bekas yang dijual, maka langsung dikasih uang. Nanti sampah-sampah yang dibeli itu dipilah, lalu ambil sesuai yang dibutuhkan saja. Karena ada banyak jenis kerajinan dapat dihasilkan, seperti tas, tempat tisu, pot bunga, dompet, dan aksesoris lainnya.

“Sampah yang kita beli itu anorganik, yakni plastik pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan sebagainya. Untuk kertas, misalnya kertas surat kabar, dengan memiliki 5 hingga 7 orang ibu-ibu rumah tangga yang telah kita latih, bisa menghasilkan barang–barang yang bernilai.

Khusus dari kertas surat kabar, kita sudah membuat tempat tisu, tempat air gelas, pot bunga, dan yang lainnya. Itu semua bukan disimpan, tapi juga telah banyak dijual,” katanya.

Dewi menyatakan, hasil kreativitas ibu-ibu rumah tangga itu, ikut membantu ekonomi kebutuhan sehari-hari, karena harga untuk tempat tisu yang terbuat dari kertas koran mampu terjual Rp50.00 hingga Rp150.000 per unit, tergantung besaran ukurannya.

Lihat juga...