Meski Harga Turun, Perajin Batu Bata di Lamsel Tetap Berproduksi

Editor: Koko Triarko

“Permintaan akan batu bata tetap ada, namun kuantitasnya menurun dibandingkan tahun sebelumnya, meski demikian produksi batu bata tetap kami lakukan, karena sewaktu-waktu konsumen ingin membeli selalu ada persediaan,” terang Prasetyo, saat ditemui Cendana News, Sabtu (16/2/2019).

Kebutuhan batu bata pada saat masyarakat membangun rumah, disebutnya bisa mencapai 10.000 buah. Kini, permintaan batu bata sebanyak 5.000 batu bata sudah cukup banyak untuk kebutuhan sejumlah bangunan dengan ukuran kecil.

Ia juga menyebut, mendapat pesanan batu bata untuk program pembuatan jamban sehat, dengan jatah per kepala keluarga sebanyak 1.000 batu bata. Selain untuk program tersebut, permintaan batu bata masih bisa dipenuhi untuk sejumlah toko bangunan untuk dijual kembali.

Prasetyo juga mengaku tetap memproduksi batu bata dengan harga yang terus menurun, sebagai tabungan. Batu bata yang sudah dibuat dengan pencetakan manual, bisa disimpan dalam kondisi kering atau sudah dalam kondisi dibakar.

Saat ada pemesan batu bata tersebut, bisa dikirim sebagian harus dibakar terlebih dahulu. Pembuatan batu bata juga diakuinya sekaligus sebagai investasi bagi warga setempat, karena kebutuhan batu bata tetap ada sepanjang manusia memiliki keinginan membangun rumah.

“Saya optimis, batu bata yang saya buat akan tetap terjual dan antarpembuat batu bata selalu bekerja sama untuk bisa memenuhi keinginan konsumen,” beber Prasetyo.

Cara yang ditempuh oleh produsen batu bata, di antaranya dengan rajin melakukan pemasaran ke sejumlah kecamatan lain. Saat produsen batu bata lain belum bisa memenuhi kebutuhan pasokan, bisa diambil dari produsen batu bata lain, agar pemenuhan kebutuhan konsumen bisa terpenuhi.

Lihat juga...