Korban Gempa di Sigi tak Mau Tinggal di Huntara

Ilustrasi -Dok: CDN

SIGI – Sejumlah warga korban gempa bumi dan likuifaksi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menolak untuk tinggal di hunian sementara (huntara) yang telah dibangun oleh pemerintah.

Mince, seorang korban gempa di Desa Jono Oge, Kecamatan Sigibiromaru, Kabupaten Sigi, mengaku memilih untuk membangun pondok meski sederhana, yang penting di areal tanah sendiri dari pada tinggal di huntara yang dibangun pemerintah.

“Saya sudah bangun rumah darurat dengan menggunakan puing bangunan sisa gempa,” kata ibu rumah tangga tersebut, Kamis (7/2/2019).

Perempuan kelahiran Kabupaten Morowali Utara yang menikah dengan lelaki asal Flores dan dikaruniai tiga anak tersebut, mengatakan, mereka menghargai usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah dengan menyediakan tempat tinggal sementara sambil menunggu hunian tetap (huntap).

Hanya saja, kata dia, mereka lebih merasa aman dan nyaman kalau tinggal di rumah sendiri, meski sangat sederhana. “Yang penting di tanah milik sendiri,” kata dia.

Menurut Mince, jika mereka tinggal di pondok sendiri akan lebih bebas untuk beraktivitas, dibandingkan tinggal di lokasi huntara yang serba terbatas sarana pendukungnya.

Di lokasi huntara, katanya, air bersih, listrik, dan MCK terbatas, sementara pengguna banyak dan juga bangunannya sangat sempit sekali.

“Kasihan keluarga yang banyak anaknya,” keluhnya.

Sudah hampir sebulan ini, ia bersama suami dan anaknya tinggal di rumah sendiri di Dusun III, Desa Jono Oge. Selama tinggal di rumah yang terbilang amat sederhana, namun mereka merasa bahagia, sebab dapat beraktivitas dengan lebih leluasa.

Hal senada juga disampaikan Lukas. Ayah empat putra itu juga lebih senang tinggal di rumah sendiri, meski masih darurat.

Lihat juga...