“Secara visual, gunung terlihat jelas hingga kabut 0-III, asap kawah nihil dengan kondisi gunung bisa terlihat dari pesisir pantai kecamatan Rajabasa, meski samar-samar,” terang Suwarno, saat dikonfirmasi Cendana News, Sabtu (23/2/2019).
Aktivitas gunung Anak Krakatau yang fluktuatif, kata Suwarno, cukup stabil setelah gunung tersebut erupsi dan mengakibatkan tsunami di Selat Sunda.
Meski kondisi gunung terpantau normal, ia menyebut tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau dinyatakanLevel III atau berstatus Siaga.
Kondisi tersebut membuat masyarakat serta wisatawan direkomendasikan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 kilometer dari kawah.
Ia mengatakan, Meski aktivitas GAK tidak mengeluarkan material letusan, gunung api di Selat Sunda tersebut memiliki kawah berdiameter 400 meter dengan luas kawah 12 hektare.
Keberadaan kawah tersebut merupakan dampak dari erupsi dan amblasnya tubuh gunung yang mengarah ke Pulau Sertung. Aktivitas pelayaran melalui Selat Sunda, di antaranya kapal kapal kargo, kapal tol laut, kapal tongkang tetap melintas di Selat Sunda yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II.
Kondisi gunung anak Krakatau yang mulai normal tersebut, membuat sejumlah nelayan mulai melakukan aktivitas. Sejumlah nelayan yang melakukan aktivitas melaut, d iantaranya di pantai Kunjir, kecamatan Rajabasa dan pantai Minang Rua, kecamatan Bakauheni.
Sejumlah nelayan mulai melakukan aktivitas menangkap ikan dengan menggunakan kapal jenis ketinting, kapal bagan congkel dan bagan apung.
Udin, salah satu nelayan di pesisir Bakauheni, menyebut sejumlah nelayan di wilayah tersebut mulai beraktivitas. Meski demikian, ia mengaku belum berani mendekat ke kawasan Gunung Anak Krakatau.