Generasi Milenial Harus Jadi Agen Antihoaks

Editor: Koko Triarko

PURBALINGGA – Para pelajar yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), diajak untuk bersama-sama memerangi hoaks. Mereka diminta untuk berbicara segala sesuatu dengan mengedepankan data valid, terlebih saat berbicara atau mengunggah tulisan di media sosial. Semua harus didasarkan data yang akurat.

Ajakan tersebut disampaikan Kepala Desa (Kades) Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga, Tofik, dalam acara seminar pelajar IPNU IPPNU yang mengambil tema “Pelajar Milenial Hantam Hoaks”, di Karanganyar, Minggu (24/2/2019).

Menurutnya, bahaya hoaks sudah banyak terbukti, mulai dari munculnya perpecahan, fitnah dan lain-lain. Sehingga sebagai generasi muda yang dekat dengan ajaran-ajaran agama, pelajar IPNU diharapkan mampu memilah antara berita yang benar dan hoaks.

ʺJangan asal mengeluarkan kata-kata atau membuat status di media sosial tanpa dibekali data. Karena hal tersebut bisa merugikan dan menyesatkan orang lain, serta diri sendiri. Sudah banyak contohnya, sehingga kita harus lebih berhati-hati,ʺ terang Tofik.

Tofik menambahkan, agama Islam sangat mengutuk kebohongan atau berita hoaks. Ia menggambarkan, hoaks seperti fitnah yang lebih kejam dari pembunuhan. Dan, orang yang memelihara hoaks sama dengan memelihara pembunuh.

Sehingga, kerugian bagi penyebar hoaks bertubi-tubi, mulai dari kerugian duniawi yang bisa terancam hukuman, hingga kerugian akibat harus menanggung dosa yang lebih berat dari dosa pembunuhan.

Pemateri dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Purbalingga, Kasi Komunikasi Publik, Sapto Suhardiyo menjelaskan, kaum milenial atau pelajar harus menjadi agen antihoaks. Para pelajar harus bisa menimbang-nimbang berita mana yang benar dan mana berita yang hoaks.

Lihat juga...