Belajar Tari Khas Surakarta di TMII
Editor: Satmoko Budi Santoso
Dalam melatih menari pun, ia berkomitmen untuk melahirkan penari- penari yang berkualitas. “Jadi tidak hanya hapal materi tarian dan senang tampil, tapi terpenting berkualitas bisa menjiwai tarian tersebut. Menanamkan cinta budaya,” ujarnya.
Menurutnya, berlatih menari itu sangat banyak manfaatnya bagi anak. Selain biayanya terjangkau, anak juga bisa tahu budaya daerahnya.
Adapun manfaat lainnya adalah daripada anak main telepon seluler tidak ingat waktu. Maka kalau mereka diaktifkan dengan mengikuti kesenian akan berdampak perkembangan anak yang lebih baik.
“HP itu kan merusak pikiran. Kalau menari ini sekalian olahraga. Dan saya rasakan selama ini belajar menari sejak kelas 5 SD, bisa mengasah otak dengan pola pikir lebih baik,” ujarnya.
Mengenal sosok Ibu Negara, Raden Ayu Fatimah Siti Hartinah atau Tien Soeharto, pemakarsa TMII, Fetty mengaku bangga dengan Ibu Tien Soeharto yang berpikir cemerlang membangun miniatur Indonesia yang dinamakan TMII.
“Ide Ibu Tien Soeharto membangun TMII itu sangat mulia sekali. Kalau nggak ada beliau, TMII tidak akan ada di tanah Indonesia ini,” kata Fetty.
Dengan hadirnya TMII sebagai wahana pelestarian dan pengembangan seni budaya bangsa, menurutnya, persatuan dan kesatuan bangsa sangat terasa di wahana rekreasi dan edukasi ini.
“TMII wahana pemersatu bangsa, buktinya ragam budaya daerah ada di sini, karena semua tarian ada di setiap anjungan. Semua ini tercipta berkat ide cemerlang Ibu Tien Soeharto,” pungkasnya.