Pendidikan Mitigasi Perlu Praktik
Menurut Deni, pengetahuan lokal seperti itu perlu diperbaharui atau disesuaikan dengan kejadian bencana terbaru, dan latihan terus menerus sehingga akan mudah diingat.
Deni juga mengingatkan pentingnya pendidikan siaga bencana, baik formal dan nonformal. Pendidikan siaga bencana itu hendaknya tidak dilakukan sesaat saja, namun berkelanjutan.
“Simulasi juga perlu dilakukan berkala, juga ada perlunya lumbung desa untuk mengantisipasi kondisi bencana,” cetus perempuan yang menggunakan jilbab ini.
Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, mengatakan, upaya mengurangi risiko bencana tidak bisa hanya mengandalkan peringatan dini.
“Untuk mengurangi risiko dari suatu bencana, tidak hanya dengan mengandalkan peringatan dini dari suatu institusi. Tapi, ada beberapa aspek berkaitan yang perlu diperhatikan,” ujar Eko.
Salah satu aspek yang berkaitan adalah masalah tata ruang. Permasalahan tata ruang, merupakan hal yang sangat penting, tapi sering diabaikan. Sejumlah bencana yang memakan banyak korban dikarenakan letak rumah penduduk yang terletak berdekatan dengan pantai.
Masyarakat yang berada di provinsi peringatan dini, jangan hanya mengandalkan peringatan dini, tetapi harus langsung evakuasi mandiri begitu gempa terjadi.
Eko menjelaskan, satu peringatan dini tidak akan cukup, karena banyak wilayah yang kejadian tsunaminya kurang dari 10 menit.
Daerah-daerah itu adalah pulau di sebelah barat Sumatra, pantai barat hingga utara Sulawesi, pantai utara Bali hingga Nusa Tenggara Timur, pantai selatan Timor Barat, pantai-pantai Maluku-Maluku Utara dan Papua bagian barat dan utara.