Pegiat Literasi di Lamsel Berharap Buku Berkonten Anak Diperbanyak

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Program kirim buku gratis via Kantor Pos yang sudah berjalan selama satu tahun, sejak 2017 hingga 2018, sempat terhenti. Namun, tahun ini program tersebut diadakan lagi, dengan pemeriksaan yang lebih ketat. Ardyanto, pegiat literasi Motor Perahu Pustaka menyebut, ia dan ratusan pegiat literasi di Lampung telah mendorong pemerintah untuk melanjutkan program tersebut.

Setelah dihentikan pada Desember 2018 dan kembali dimulai atas kerja sama antara PT Pos Indonesia dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dipastikan bulan Februari program berjalan kembali.

Ardyanto (kanan) pegiat literasi Motor Perahu Pustaka -Foto: Henk Widi

Ardyanto menyebut, program kirim buku bebas biaya (Free Cargo Literacy) atau pustaka bebas bea, telah membantu ia dan pegiat literasi lainnya.

Pegiat literasi bisa saling mengirim buku tanpa biaya melalui kantor pos, sehingga meringankan beban pegiat literasi di Indonesia. Keputusan tersebut menjadi nota kesepahaman (Memorandom of Understanding) Kemendikbud serta PT. Pos Indonesia, agar distribusi buku digratiskan.

Keputusan melanjutkan program kirim buku gratis dengan ketentuan maksimal buku seberat 10 kilogram, bisa dilanjutkan pada Februari mendatang.

Ardyanto bahkan sudah menyiapkan buku untuk dikirim bagi pegiat literasi lain di Indonesia. Sejumlah buku yang masih sangat diperlukan berisi konten-konten ilmu pengetahuan, dongeng rakyat, buku anak-anak serta keagamaan. Pengirim dan penerima kerap berkorespondensi, untuk prioritas buku yang dibutuhkan.

”Selama ini, buku dengan konten anak-anak sangat diperlukan, karena pegiat literasi yang akan dikirim sudah menyiapkan daftar buku yang dibutuhkan. Apalagi, ada catatan buku konten radikalisme serta akan disortir ketat,” terang Ardyanto, Kamis (24/1/2019).

Lihat juga...