Masyarakat Lewolema Lestarikan Adat Ritus Api
Editor: Koko Triarko
LARANTUKA – Ritus Api biasa dilaksanakan masyarakat adat di kecamatan Lewolema, saat pembersihan kebun baru, sekaligus membakar ranting-ranting dan dahan kayu, serta rumput yang ada di kebun adat.
“Biasanya menggunakan batu api dan bisa juga menggunakan dua bilah bambu yang digosok hingga megeluarkan percikan api,” sebut Petrus Eban Koten, warga Lamatou, Desa Painapang, Kecamatan Lewolema, Minggu (6/1/2019).

Menurut Petrus, bagian bawah batu api atau bambu ditaruh sabut kelapa sehingga saat batu api atau bilah bambu digosok, percikan akan mengenai sabut kelapa. Kalau sudah mengeluarkan asap, biasanya ditiup hingga sabut kelapa akan mengeluarkan api.
“Zaman dahulu kala, orang belum mengenal korek api, sehingga mempergunakan cara ini. Namun sekarang pun masih dilakukan saat di kebun adat atau membuat api di kebun, bila tidak membawa korek api,” ujarnya.
Menurutnya, hampir semua kaum lelaki Lewolema bisa melakukan pembuatan api ini. Namun dalam ritual adat, hanya dilakukan oleh tetua adat, sebab ada makna tersendiri yang terkandung di dalam ritual ini.
“Ritus api ini pernah kami lakukan saat menyalakan obor pembukaan iven balap sepeda Tour de Flores. Saat festival Nubun Tawa Oktober 2018, kemarin pun ritus api ini sengaja dipertontonkan sebagai sebuah ritual budaya,” terangnya.
Silvester Hurit, salah seorang seniman dan budayawan muda asal Lewolema, menyebutkan, mitos penemuan api adalah salah satu mitologi penting dalam budaya di masyarakat adat Lewolema.