Kepala Sekretariat Masjid At-Tin: Pak Harto tak Tergantikan
Editor: Koko Triarko
Pada itikaf itu, Pak Harto berkunjung ke Masjid Agung At-Tin, dan didapat ada jemaah yang tertidur. Namun, Pak Harto melarang pengurus masjid untuk membangunkan jemaah tersebut.
“Jangan dibangunin, biarkan saja dia tidur. Tidur kan juga ibadah,” ujar Jahrudin, menirukan ucapan Pak Harto, kala itu.
Lagi-lagi, Jahrudin menegaskan, Pak Harto adalah sosok pemimpin yang sangat religius dan bijak dalam bertindak, juga menghargai sesama.
Hal ini sangat ia rasakan bersama teman-teman karyawan Masjid Agung At-Tin. Dia juga menyakini, kalau masyarakat Indonesia juga punya penilaian yang sama seperti dirinya.
Setelah Pak Harto wafat pada 27 Januari 2008, Jahrudin mengaku sangat kehilangan Bapak Pembangunan Bangsa. Pesan beliau untuk menjaga dan mengembangkan masjid Agung At-Tin, tentu akan dijalani oleh seluruh pengurus, termasuk Jahrudin.
“Pak Harto berpesan, masjid ini untuk semua umat Islam dan jangan membatasi orang yang mau datang ke sini. Jaga terus masjid dan kembangkan programnya untuk edukasi umat,” katanya.
Meskipun Pak Harto telah tiada, menurutnya masyarakat Indonesia masih banyak yang rindu beliau. Bahkan, jelas dia, saat dimakamkan Pak Harto tetap mendatangkan rezeki untuk masyarakat. Ini terbukti, saat penghantar jenazah Pak Harto ke tempat peristirahatan terakhir di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, banyak yang memanfaatkan ojek menuju lokasi tersebut.
“Ini kan mendatangkan rezeki untuk masyarakat. Meskipun beliau sudah wafat,” ujarnya.
Hingga kini, para tukang ojek tersebut terus mengais rezeki di lokasi tersebut, memberikan layanan transportasi bagi peziarah. Bahkan, menurutnya lagi, para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan ragam produknya mengais rezeki di area komplek Astana Giribangun.