Untuk memahami kondisi iklim secara keseluruhan, Dodo mengharapkan, masyarakat bisa memahami fenomena El Nino dan La Nina. Serta apa pengaruh pemanasan global pada dua fenomena tersebut. “Fenomena ini sebenarnya terjadi di Lautan Pasifik. La Nina dan El Nino merupakan fenomena yang saling berlawanan, dan menghasilkan efek yang berbeda juga di Indonesia,” jelas Dodo.
Pada El Nino, suhu permukaan Laut Pasifik dalam kondisi panas dengan tekanan yang rendah. Hal ini menyebabkan sirkulasi uap air yang ada di Indonesia, mengalir ke wilayah Pasifik. Akibatnya, curah hujan di Indonesia akan berpotensi lebih rendah, dibandingkan kondisi tanpa pengaruh El Nino. “La Nina adalah kebalikan dari El Nino. Dimana kondisi Pasifik itu dingin, yang artinya tekanan tinggi. Sehingga uap air akan mengalir ke wilayah Indonesia dan membentuk banyak awan hujan. Jadi curah hujannya tinggi,” tutur Dodo menjelaskan.
Kondisi El Nino dan La Nina, yang biasa terjadi dengan periode ulang tiga hingga lima tahun, akan berubah frekuensinya jika dipengaruhi oleh suhu global. “Pemanasan global yang sedang kita rasakan saat ini mempengaruhi proses fenomena ekstrim seperti El Nino. Apa pengaruhnya? Akan menjadi lebih sering terjadinya dan semakin sulit untuk diprediksi. Variasi ya juga semakin besar,” pungkasnya.