Suparno, Perajin Keramik di Bekasi yang Terbantu YTI

Editor: Mahadeva

Menurutnya, pameran yang dilaksanakan YTI, memberi dampak positif bagi perajin keramik. Perajin bisa bertemu langsung dengan buyer. Pelaku UKM bisa leluasa memperkenalkan produk kerajinannya.

Sementara saat ini, semua diukur dengan uang. “Era Soeharto, adalah masa keemasan keramik, karena terbantu sekali oleh Yayasan Tiara Indah yang selalu menggelar pameran, rutin yang dibuat dalam konsen KIDI (Kerajinan Indonesia Dalam Interior) dan saya ikut pameran ada lebih dari lima kali,” ujarnya.

Lain dulu dan sekarang, setahun terakhir ini, Suparno mengaku menekuni usaha kerajinan keramik sendiri tanpa dibantu karyawan. Jika sebelumnya memiliki karyawan sampai lima orang, sekarang ia hanya bekerja sendiri. Kini Suparno, hanya bekerja dengan sistem menerima orderan. Banyak pesanan dari restoran Jepang atau restoran ikonik lain. Pesanan yang diterima membuat piring, gelas, asbak, hingga kerajinan keramik lainnya.

Karya tempat bertelur ikan yang sihuatnya secara rutin menggunakan bahan keramik. – Foto M Amin

Pesanan dari restoran konsep Jepang sudah menjadi langganan tetap bagi Suparno. Dia juga sudah terikat kontrak untuk membuat tempat bertelur ikan dari bahan keramik. “Orang Jepang lebih menghargai seni. Kerajinan keramik yang Saya buat semuanya menggunakan tangan tanpa mesin. Saya tidak pernah ekspor langsung ke Jepang tetapi orang yang pesan dan dikirim ke Jepang,”kata Suparno.

Suparno mengaku bisa mengerjakan semua bentuk pesanan kerajinan keramik. Untuk penghasilan, Suparno mengatakan tidak menentu. Tetapi perbulan setidaknya masih berpeng hasilan antara Rp8 juta hingga Rp10 juta. Orderan datang musiman, dan tidak menentu. Dan di akhir akhir tahun ini, Suparno sedang banyak orderan. Untuk bahan baku, Tanah liat, Suparno mengambil langsung dari Sukabumi. Kultur tanah di Sukabumi sangat bagus.

Lihat juga...