Edukasi Sosial Bank Sampah Flores

Editor: Satmoko Budi Santoso

MAUMERE – Bank Sampah Flores  didirikan pada 14 Februari 2014 oleh 12 orang.  6 orang pendiri merupakan kaum difabel. Namun, dalam perkembangannya, karena sejumlah keterbatasan, aktivitasnya berkurang, hingga  gudang penyimpanan bank sampah yang ada juga terpaksa ditutup.

“Gudang tersebut milik pemerintah provinsi NTT yang kami pinjam sementara saja. Kami tidak mempunyai fasilitas gudang untuk menyimpan sampah serta peralatan pengangkut sampah,” sebut Direktur Bank Sampah Flores, Wenefrida Efodia Susilowati, Rabu (12/12/2018).

Dikatakan Susi, sapaannya, awalnya untuk mengangkut sampah dari para pengumpul, baik di sekolah maupun di komunitas serta desa, pihaknya mendapatkan bantuan mobil dari relawan.

“Untuk angkut sampah kami mendapatkan bantuan mobil dari relawan. Lama-kelamaaan kami tidak bisa bertahan memberi uang transport serta biaya makan bagi relawan. Akhirnya kami tutup gudang sekitar tahun 2017,” tuturnya.

Aktivitas membersihkan pantai dari sampah yang dilakukan Bank Sampah Flores secara rutin dengan melibatkan wisatawan asing dan para relawan. Foto: Ebed de Rosary

Susi mengaku, pihaknya tidak memiliki uang tunai untuk membeli sampah serta biaya operasional. Uang didapat setelah sampah dikirim dan diterima pembeli di Surabaya, baru dibayar.

“Maka saat ini kami lebih fokus untuk memberikan sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat dan komunitas saja. Kami juga masih memberikan pelatihan daur ulang sampah,” ungkapnya.

Pemerintah Kabupaten Sikka, kata Susi, juga hanya memberikan bantuan sebuah motor roda 3 saja yang dipergunakan untuk mengangkut sampah, saat kegiatan bakti sosial. Pihaknya memang masih bekerjasama dengan berbagai lembaga dan komunitas untuk membersihkan sampah.

Lihat juga...