BNPB: Penanganan Pasca-tsunami Selat Sunda Terus Diintensifkan

Editor: Makmun Hidayat

“Kendala yang dihadapi saat ini proses evakuasi korban di laut sempat terhambat karena cuaca ekstrem seperti ombak tinggi di laut dan bibir laut. Alat berat masih kurang untuk mempercepat proses penyelamatan dan pencarian serta membuka akses jalan yang terputus. Jalan tertimbun sisa bangunan dan kayu-kayu yang terbawa arus air tsunami,” jelasnya.

Selain itu, kata Sutopo kendala lainya adalah luasnya wilayah yang dampak tsunami menyebabkan kesulitan dalam penanganan secara bersamaan serta jalan berlumpur pasca tsunami dan cuaca hujan.

“Terbatasnya alat derek untuk memindahkan kendaraan rusak yang menghalangi jalan. Pemilik mobil tersebar di berbagai rumah sakit atau ada yang sudah pulang,” ujarnya.

Sutopo menyebutkan, kebutuhan mendesak saat ini adalah alat berat, bahan kebutuhan sehari-hari, seperti; permakanan, air bersih, sanitasi, layanan kesehatan, selimut, tikar, tenda keluarga, sandang, peralatan dapur, pembalut, peralatan bayi, makanan penambah gizi, family kit, dan tenda pengungsi, MCK, tenaga medis, genset dan BBM, trauma healing dan kantong jenazah.

Sementara itu, kondisi cuaca menjelang akhir tahun 2018 yang disebutkan BMKG, kata Sutopo, potensi gelombang tinggi 2,5 – 4 meter di Selat Sunda bagian Selatan, perairan Selatan Pulau Jawa hingga Sumbawa.

Selat Bali, Selat Lombok, Selat Alas bagian Selatan Samudera Hindia Selatan Banten, Samudera Hindia Selatan Bali hingga NTB dan perairan Kepulau Anambas dan Selatan Kepulauan Natuna.

Selain itu ada Laut Jawa, Perairan Kepulauan Sangihe-Talaud, perairan Manado, Bitung, Laut Sulawesi Bagian Tengah hingga Timur, Laut Maluku, Perairan Utara Kepulauan Halmahera, Samudera Pasifik Utara Halmahera hingga Papua Barat.

Lihat juga...