Teatrikal Wayang Ental Pukau Penonton Bali Nawanatya III

DENPASAR — Garapan teatrikal dengan menggunakan wayang berbahan “ental” atau daun lontar yang dibawakan Sanggar Seni Kuta Kumara Agung, memukau penonton ajang “Bali Mandara Nawanatya III” di Taman Budaya Denpasar.

“Komunitas Wayang Ental ini boleh dikatakan terobosan baru,” kata Gusti Made Darma Putra selaku Ketua Komunitas Wayang Ental di sela pagelaran tersebut, di Denpasar, Minggu malam (4/11/2018).

Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, menjadi terasa istimewa karena diramaikan oleh pementasan Bali Creative Performance dari kedua sanggar yang unik dengan ciri khasnya masing-masing.

Kedua Sanggar itu adalah Sanggar Seni Kuta Kumara Agung dan Sanggar Dewari Swari Karangasem. Penampil pertama yakni Sanggar Seni Kuta Kumara Agung membawakan teatrikal wayang ental bertajuk “Mungkah”.

Kata Mungkah yang berarti memulai ini pun mengisahkan seorang tokoh bernama Gusti Pada yang menjadi dalang pertama di Desa Kuta, Kabupaten Badung.

Sudah berdiri 15 tahun, nyatanya Wayang Ental yang berbahan dasar daun ental dan terdiri atas bentuk dua dimensi dan tiga dimensi, baru terlahir tahun 2016 dan 2017.

“Idenya dua tahun lalu, tetapi baru bisa rampung untuk yang dua dimensi tahun 2016 dan yang tiga dimensi tahun 2017,” ujar Darma.

Melihat fenomena bahwa dunia pedalangan maupun pewayangan kian tak tertoleh generasi muda, membuat keinginan Darma kian besar untuk meneruskan penciptaan wayang ental meski tak sedikit yang mencibir. “Nggak sedikit yang bilang kalau wayang ini keluar dari pakem-pakem wayang, tetap sebetulnya tidak,” ucap Darma tegas.

Untuk wayang berbentuk dua dimensi tetap mengambil tokoh-tokoh yang umum berada dalam dunia pewayangan khususnya yang berada dalam cerita Mahabharata, dengan teknik memainkan layaknya wayang pada umumnya.

Lihat juga...