Musim Hujan, KLHK Dorong Warga di Lampung Tanam Pohon

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mendorong masyarakat untuk melakukan penanaman pohon, terutama di wilayah Lampung, seiring masuknya musim penghujan.
Tejo Agung, penanggung jawab produksi bibit di Persemaian Permanen Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Way Seputih Way Sekampung (BPDASHL WSS) Desa Karangsari, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan, menyebut permintaan bibit meningkat dalam kurun satu bulan terakhir.
Menurutnya, permintaan bibit yang meningkat di persemaian permanen BPDASHL WSS itu seiring dengan kondisi cuaca. Sebelumnya sejak awal Juni hingga September, persemaian permanen belum mengeluarkan bibit kepada masyarakat akibat musim kemarau.
Tejo Agung, Penanggung jawab produksi bibit persemaian permanen BPDASHL KLHK Lampung Selatan -Foto: Henk Widi
Permintaan bibit sengaja ditunda untuk menghindari bibit tidak tumbuh saat didistribusikan ke masyarakat. Permintaan bibit hingga kini berasal dari perseorangan, instansi, lembaga pendidikan, serta komunitas peduli lingkungan.
Tejo Agung menyebut, ketika musim hujan tiba dengan potensi hidup tanaman lebih tinggi, permintaan bibit mulai disetujui. Sejak Oktober 2018, pengajuan permintaan bibit dengan prosedur mengisi formulir dokumen berisi rekomendasi kepala desa, luasan lahan, foto kopi KTP banyak diterima oleh persemaian permanen.
Permintaan jenis bibit sebagian mengacu pada persediaan, di antaranya jenis bibit kayu-kayuan, multy purpose tree species (MPTS) berupa tanaman buah produktif.
“Produksi bibit dan operasional persemaian permanen merupakan salah satu bentuk fasilitasi pemerintah melalui KLHK, dalam membantu menyediakan bibit tanaman hutan bagi masyarakat yang selama ini sulit memperoleh bibit tanaman,” terang Tejo Agung, saat dikonfirmasi Cendana News, Rabu (7/11/2018).
Persemaian permanen, ungkap Tejo Agung, selama ini telah ikut membantu masyarakat yang bertujuan memperbaiki kualitas lingkungan. Ia juga memfasilitasi sejumlah lembaga dan komunitas yang memiliki niat untuk menghijaukan lingkungan dan lahan kritis.
Musim hujan disebutnya sangat mendukung dalam upaya penghijauan, sehingga proses pemeliharaan tanaman lebih mudah dibanding saat musim kemarau.
Tejo Agung juga meyakinkan, selama ini KLHK terus memfasilitasi masyarakat yang ingin berinvestasi sekaligus melakukan upaya reboisasi di lahan kritis.
Tujuan penyediaan persemaian permanen untuk mendukung masyarakat dalam melestarikan sumber daya lahan dan penyediaan kayu masyarakat secara berkesinambungan serta Cuma-cuma.
Permintaan bibit saat ini menyesuaikan jumlah produksi yang dilakukan oleh persemaian permanen, terutama beberapa jenis bibit.
“Tidak ada kata terlambat untuk menanam pohon, jika penanam tidak bisa memanen, setidaknya tanaman kayu bisa menjadi warisan bagi keturunannya,” beber Tejo Agung.
Berdasarkan data, Tejo Agung menyebut hingga Oktober tahun ini total produksi bibit yang disediakan oleh persemaian permanen mencapai 2.500.000 bibit.
Jumlah bibit sebanyak itu terdiri dari 16 jenis tanaman kayu-kayuan, dan 15 tanaman multy purpose tree species, atau total 31 jenis bibit. Sejumlah bibit tanaman kayu-kayuan, di antaranya sengon, akasia mangium, bambang lanang, ketapang kencana, propagul, trembesi, rambai dan salam serta jenis tanaman kayu lainnya.
Semetara jenis tanaman MPTS atau buah, di antaranya sirsak, pala, petai, kecapi dan jenis tanaman buah lainnya.
Permintaan bibit dari masyarakat secara bertahap dari sejumlah kabupaten di provinsi Lampung, membuat distribusi dilakukan setiap bulan.
Sesuai catatan, produksi bibit jenis kayu kayuan yang paling banyak di antaranya jenis sengon dengan jumlah sebanyak 1.280.000 bibit dan baru didistribusikan 264.058 bibit, atau masih tersisa 1.015.942 bibit.
Dari total 16 jenis tanaman kayu, tercatat produksi dihasilkan sebanyak 1.880.000 bibit dan didistribusikan sebanyak 391.977 bibit atau tersisa 1.488.023 bibit.
Pada persediaan jenis MPTS atau tanaman buah, Tejo Agung menyebut produksi paling banyak berupa pohon sirsak madu, yakni mencapai 125.000 bibit. Hingga Oktober, bibit tersebut baru terdistribusi sebanyak 16.500 bibit, atau tersisa 108.500 bibit.
Dari 15 jenis bibit MPTS dari total 620.000 bibit, baru terdistribusi sebanyak 344.148 benih atau masih tersisa 275.852 bibit.
“Target persemaian permanen semua bibit bisa terdistribusi hingga akhir tahun, sehingga bisa dilakukan produksi untuk tahun berikutnya,” beber Tejo Agung.
Salah satu pemohon bibit asal Penengahan, Krismanto, mengaku melakukan permintaan bibit kayu dan buah-buahan. Bersama dengan komunitas Pemuda Serempak (Pempas), ia akan melakukan penanaman pohon penghijauan di sejumlah titik desa.
Sejumlah pohon penghijauan yang akan ditanam, di antaranya sirsak, bambang lanang, ketapang kencana serta jenis pohon penghijauan lain.
Prosedur permintaan bibit yang mudah, diakuinya memberi kesempatan bagi warga seperti dirinya untuk meminta bibit tanpa harus membeli.
“Saya sudah mengajukan permohonan bibit sejak Agustus, namun bisa diambil bulan November ini, karena memasuki musim hujan,” beber Krismanto.
Krismanto juga menyebut, sebagian bibit tanaman sengaja akan ditanam di kebun miliknya sebagai tanaman investasi. Tanaman tersebut berupa pohon sengon yang bisa dipanen setelah enam tahun. Selain sebagai tanaman investasi yang memiliki nilai cukup tinggi, tanaman sengon akan dipergunakan sebagai tanaman penghijauan di dekat lereng Gunung Rajabasa, sekaligus mencegah longsor.
Lihat juga...