Dawet Jawa Laris Manis di Bali
Editor: Satmoko Budi Santoso
DENPASAR – Siapa yang tidak kenal minuman dawet atau cendol? Kuliner ini cukup terkenal di masyarakat Nusantara, khususnya di Pulau Jawa. Di daerah Sunda minuman ini dikenal dengan nama cendol, sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama dawet.
Di Bali khususnya di Kota Denpasar, biasanya sering dijumpai di pinggiran jalan atau dijajakan keliling, berupa es cendol dawet ayu. Es dawet ayu ini merupakan kreasi olahan cendol terpopuler yang berasal dari kota Banjarnegara, Jawa Tengah.
Di sana, ada banyak kreasi cendol dengan warna yang menggoda. Seperti cendol hijau (dawet hijau) yang dibuat dari pewarna alami daun suji atau daun pandan. Tekstur cara membuat cendol yang kenyal dan lembut dipadukan dengan sirup gula, santan, dan butiran es batu. Paling enak dinikmati ketika cuaca panas dan terik.
Hasan, salah seorang penjual es dawet khas Jawa Tengah di jalan Gunung Soputan Denpasar mengaku, pembuatan es dawet dengan es cendol bisa dikatakan sama saja. Hanya bahan baku dasar pembuatan yang membedakan.
Perbedaannya sendiri, menurut Hasan, adalah pada bahan dasar es cendol. Dulu terbuat dari tepung hunkwe, sedangkan bahan dasar es dawet dulu terbuat dari tepung beras atau pun tepung beras ketan.
“Es dawet ini laris manis diburu oleh masyarakat. Apalagi waktu siang hari dengan terik panas Kota Denpasar yang cukup tinggi,” ucap Hasan, saat ditemui, Sabtu (17/11/2018).
Biasanya, es dawet yang ia jual disajikan dengan begitu sederhana. Dalam satu porsi es dawet biasanya juga ditambahkan dengan irisan buah nangka atau durian. Ia menjual seporsi es dawet dengan harga 5 ribu rupiah.