Kisah Sugimin Evakuasi Jenazah Jenderal Korban PKI

Editor: Makmun Hidayat

Pembantu Letna Dua (purn) Sugimin - Foto: Sri Sugiarti

Awalnya, jelas dia, Serma KKO Suparmin dengan memakai oksigen turun ke sumur yang luas lebarnya 75 centimeter dan kedalaman 12 meter. Yakni untuk melakukan orientasi bagaimana kondisi jenazah di dalam sumur tersebut.

Hasil orientasi ternyata posisi jenazah para jenderal 90 persen kakinya itu berada di atas. Yang kalau diambil secara wajar, tidak bisa dan untuk memudahkan harus memakai tali dengan diikat pada tubuh jenazah kemudian ditarik ke atas sumur.

Atas arahan dokter, kata dia, tidak boleh mengikatkan tali ke leher jenazah, tapi harus pada badan, kaki dan tangan. Kemudian Sugimin dan Suparimin turun ke bawah sumur untuk mengingat jenazah dengan tali.

“Luas sumur 75 centimeter dan kedalaman 12 meter, ngepas badan tidak bisa duduk saat mengikat jenazah. Tapi kami harus angkat jenazah para jenderal ini satu persatu,” tukasnya.

Setelah mengikat jenazah, mereka pun naik kembali ke atas. Kemudian dilakukan penarikan jenazah oleh para anggota TNI. “Pak Pierre Tendean, jenazah yang pertama diangkat. Saya melihat ada sayatan di tubuhnya,” ujarnya.

Kapten Pierre Tendean adalah ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution. Kala G 30 S PKI mendatangi rumah Jenderal Abdul Haris Nasution untuk menculiknya, Tendean mengaku sebagai Nasution.

Setelah jenazah Kapten Pierre Tendean diangkat, sebut dia, Suparimin turun kembali ke dalam sumur untuk mengingkat jenazah jenderal lagi yang kemudian akan ditarik ke atas.

“Begitu seterusnya, kami anggota KKO bergantian masuk ke sumur untuk mengingat jenazah jenderal. Brigjen DI Panjaitan, jenazah terakhir yang kami angkat,” jelasnya.

Evakuasi jenazah dimulai pukul 12.05 WIB, dan hingga pukul 13.30 WIB semua jenazah berhasil diangkat ke atas. Kemudian, Kapten Wijanto turun ke dalam sumur untuk memastikan tidak ada lagi jenazah di Lubang Buaya.

Lihat juga...