Kisah Sugimin Evakuasi Jenazah Jenderal Korban PKI
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Pensiunan anggota KKO (Marinir-red), Pembantu Letnan Dua (purn) Sugimin mengisahkan proses evakuasi mengangkat enam jenderal dan satu perwira korban penculikan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G 30 S PKI) di sumur tua Lubang Buaya, Jakarta Timur pada 4 Oktober 1965 lalu.
Dia menjelaskan, saat itu dirinya bersama anggota KKO lainnya ditugaskan dari Surabaya ke Jakarta untuk membuat profil keadaan Pantai Ancol. Profil ini untuk tempat penempatan atau demonstrasi pendaratan tank pada perayaan HUT TNI tahun 1965.
Namun karena Jakarta bergejolak akibat adanya pemberontakan G 30 S PKI dengan terbunuhnya tujuh putra bangsa terbaik, Sugimin pun kemudian ditugaskan untuk menjadi tim evakuasi jenazah di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Karena peristiwa penculikan dan pembunuhan para jenderal ini lebih penting untuk segera ditangani, maka agenda HUT TNI pun dibatalkan kala itu. “Saya waktu itu diminta jadi bagian tim evakuasi jenazah. Ini tugas negara, harus siap,” kata Sugimin pada seminar nasional bertajuk “Membangkitkan Kesadaran Sejarah Generasi Muda Dalam Pembangunan Karakter Bangsa”, di Auditorium Universitas Mercu Buana, Jakarta, Jumat (5/10/2018).
Menurutnya, tidak ada dalam perang dunia pertama dan kedua pun, hingga enam jenderal itu dibunuh dengan keji. Hanya saja perbuatan pemberontakan PKI yang berani melakukan kekejian.
Ketujuh jenazah itu sengaja dimasukkan ke dalam sumur untuk menghilangkan jejak. Namun kata dia, dua hari kemudian tepatnya 3 Oktober 1965 atas laporan dari Agen Polisi Dua Sukitman, TNI AD berhasil menemukan sumur tersebut.
Sukitman kemudian melaporkan kepada Mayor Jenderal (Mayjen) Soeharto. Beliau segera memerintahkan untuk melakukan evakuasi jenazah. Tapi pasukan RPKAD kala itu tidak sanggup selain hari mulai gelap juga karena keterbatasan perlengkapan untuk mengangkat jenazah.