Kisah Sugimin Evakuasi Jenazah Jenderal Korban PKI
Editor: Makmun Hidayat
Kemudian, Mayjen Soeharto memerintahkan Kapten Sukendar dari Kostrad untuk meminta bantuan kepada Panglima KKO, Mayjen Hartono. Prajurit Marinir yang diminta bertugas adalah Lettu Mispan. Dalam kesehariannya dia bertugas di Surabaya, tapi saat peristiwa tersebut ia sedang berada di Jakarta.
“Mispan mengajak saya dan Peltu Evert Julius Vendor Kandaouw dan teman lainnya jadi tim evakuasi jenazah. Kami siapkan peralatan selam, balok, tali dan masker,” kata Sugimin kepada Cendana News.
Sembilan orang anggota KKO, dan dua orang dokter serta sopir pada tanggal 4 Oktober 1965 dini hari berangkat ke Halim Perdanakusuma untuk kemudian menuju ke Lubang Buaya.
Tapi ironisnya, kata Sugimin, tak ada satu anggota AURI yang tahu dimana persisnya Lubang Buaya. “Anggota AURI tidak ada yang mengerti dan tahu dimana Lubang Buaya. Kita hampir putus asa. Alhamdulillah, setelah keluar dari Halim, kami bertemu dengan polisi Angkatan Udara. Kami pun dibantu menuju Lubang Buaya,” tandasnya.

Sesampainya di Lubang Buaya, Sugimin dan temannya tidak boleh masuk area. Padahal kata dia, lewat Kapten Sukendar sudah diperintahkan Mayjen Soeharto agar membantu evakuasi jenazah.
“Terpaksa kami nunggu, dan pukul 10.00 WIB rombongan Pak Harto datang. Kami pun dibolehkan masuk untuk melakukan evakuasi jenazah,” ujar pria kelahiran Surabaya 80 tahun ini.