Pak Harto Jadikan Ketahanan Pangan, Landasan Ketahanan Nasional
Editor: Mahadeva WS
Ketahanan pangan, bukan hanya bagaimana kita berswasembada beras. Presiden Soeharto sudah sejak 1974 mengarahkan, masyarakat Indonesia untuk melakukan diversifikasi pangan. Koos menyebut, Dirinya bersama jurnalis istana lainnya, yang berada dalam lingkungan pewaris menyaksikan, bagaimana Presiden Soeharto menjabarkan atau menunjukkan kepada masyarakat, tentang deversifikasi pangan, termasuk daging kelinci.
Jadi, apa yang dilakukan Presiden Soeharto tidak terjadi secara tiba-tiba. Selain berlatar belakang dari masa pemerintahan Presiden Soekarno, juga melalui incognito yang pernah dilakukan napak tilas Mahfudi. Napak tilas 1971 dan 1972 yang dilakukan Pak Harto, dalam rangka mengetahui secara fakta, situasi dan kondisi pangan, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. “Inilah yang membuat Presiden Soeharto sangat konsen terhadap pembangunan masalah pangan,” ujarnya.
Namun Koos menyayangkan, Koperasi Ketahanan Pangan yang dibentuk Presiden Soeharto saat ini sudah ditutup. Padahal, saat koperasi tersebut ada, begitu banyak produk pangan Indonesia yang diekspor ke Jepang. Bahkan saat itu Indonesia mendapatkan bantuan teknologi modern dari pemerintah Jepang.
Kondisi tersebut diperoleh, hasil dari kunjungan pertama Pak Harto di 1968, setelah dilantik menjadi presiden. “Begitu malamnya dilantik, beliau paginya pergi ke Tokyo, dan meminta perdana menteri Jepang untuk segera memberikan bantuan teknologi pangan untuk pemerintah Indonesia,” ujarnya.
Pemikiran Presiden Soeharto tentang keberhasilan ketahanan pangan itu terangkum di dalam program jangka pendek, menengah dan panjang. Di 1984, Indonesia sukses swasembada pangan. “Tahun 1985, Pak Harto mendapatkan penghargaan dari FAO. Pak Harto membuktikan bagaimana gairah berproduksi pangan di Indonesia,” ujarnya.