BID, Ajang Memunculkan Inovasi Desa
Editor: Mahadeva WS
Tujuan dari penggunaan SDM lokal dan padat karya, agar warga bisa memantau pembangunan di desanya, sekaligus menjaga perputaran uang di desa tersebut. “Pembangunan jalan dengan rabat beton dikerjakan oleh warga setempat, memperhatikan kualitas, dan warga mendapatkan bayaran dari tenaga kerja yang digunakan,” tambah mantan Kepala Desa Tanjungbintang tersebut.
Melalui BID 2018, setiap desa telah berkomitmen memilih menu inovasi yang akan diakomodir dan dimasukkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Tahun Anggaran 2019. Peran serta para tim pendamping desa, dan pelaksana program inovasi desa akan menjadikan desa di Lampung Selatan mandiri dan sejahtera.
Salah satu peserta BID 2018 dari Desa Kuripan, Kecamatan Penengahan, Febrial menyebut, BID menjadi salah satu cara untuk meningkatkan inovasi. Selama ini, Febrial menjadi salah satu pembuat topi khas Lampung, yang dikenal dengan tukus. Pembuatan tukus menjadi cara pemberdayaan kaum wanita di pedesaan. Sekaligus kearifan lokal dalam membuat topi yang bisa digunakan untuk acara acara formal serta acara non formal.
Desa Titiwangi, Kecamatan Candipuro, dalam acara tersebut mengangkat inovasi mengenai closet. Hal tersebut mengikuti kondisi sebagai salah satu desa yang sempat belum terbebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Kepala Desa Titiwangi, Sumari menyebut, memiliki inovasi dalam pembuatan closet.
Inovasi tersebut melahirkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), yang bergerak dalam usaha penyiapan closet. Dan akhirnya, Desa Titiwangi ditetapkan sebagai desa bebas BABS atau Open Defecation Free (ODF) sejak 2017 lalu. Inovasi desa tersebut disebutnya didukung oleh Sekolah Swasembada WC Indonesia dalam pembuatan jamban sehat.