Pencinta Langit Indonesia Dimanjakan Tiga Hujan Meteor di Bulan Agustus
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
JAKARTA — Usai dipuaskan dengan Bulan Merah di penghujung Juli 2018, di Agustus ini para pencinta langit akan kembali dimanjakan dengan hadirnya Gerhana Matahari Sebagian (GMS) dan tiga hujan meteor.
GMS ini terjadi saat posisi matahari, bulan dan bumi berada dalam satu garis lurus namun posisi bulan sedikit melenceng. Permukaan bu

latan bulan saat mencapai proses puncak gerhana matahari hanya menutupi sebagian dari sinar matahari dan posisi bumi terletak pada bayangan penumbra bulan.
Memang disayangkan, GMS ini tidak dapat disaksikan di Indonesia. Kejadian yang akan berlangsung pada 11 Agutus 2018 ini akan terpantau maksimal di Rusia bagian Utara (68 persen Matahari Ditutupi Bulan), Kanada (60 persen), Greenland (48 persen), Tiongkok (45 persen), Norwegia (37 persen) dan Mongolia (36 persen).
Proses terjadinya GMS ini lebih lama jika dibandingkan GMT karena bayangan dari penumbra yang lebih luas dibandingkan bayangan inti. Titik awal gerhana akan dimulai pada pukul 13.40 WIB dan titik akhir pada 19.38 WIB.
Ahli Astronomi Planetarium Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Roni Syamara menyatakan, masyarakat Indonesia tidak akan melihat perbedaan intensitas matahari saat GMS kali ini.
“Kalau dengan menggunakan alat khusus, kita dapat melihat tingkat intensitas dari cahaya matahari yang menurun akibat GMS ini. Sayangnya Indonesia tidak akan dilewati sehingga tidak akan merasakan perubahan apa-apa,” kata Roni, Jumat (3/8).
Kalaupun dilewati, Roni menegaskan, untuk melihat GMS ini tetap harus menggunakan kacamata khusus dengan filter matahari.