Livi Zheng Berbagi Kesuksesan di Universitas Trilogi
Editor: Satmoko Budi Santoso
Dari Beijing, Livi kemudian kuliah di jurusan ekonomi karena latar belakang keluarganya memang pebisnis dan tidak tahu harus dilakukan untuk terjun ke film.
“Saya tidak punya mentor, jadi saya kuliah di ekonomi,“ ujarnya.
Pada saat kuliah ekonomi itulah, Livi mulai terjun ke film menjadi kru film.
“Saya bantu-bantu macam-macam, bidang menjadi kru, produksi desain hingga katering karena untuk menjadi sutradara film memang prosesnya sangat panjang,“ tuturnya.
Sewaktu akan wisuda sarjana ekonomi, Livi harus memutuskan untuk tetap melanjutkan ke dunia film atau tidak sama sekali.
“Saya yakin saja untuk terjun ke film, karena untuk terjun ke bidang tertentu memang harus yakin dulu. Baru setelah itu belajar nulis skenario bersama adik saya. Karena saya suka bela diri, jadi ceritanya juga tentang bela diri,“ paparnya.
Terjun ke film memang membutuhkan semangat baja yang benar-benar pantang menyerah. Karena saat sudah mendapat sponsor pun belum tentu bisa mendapatkan tenaga kru untuk dapat memproduksi film.
“Ternyata saya ditolak sampai 32 kali. Jadi saya harus mematangkan skenario sampai benar-benar bisa kuat ceritanya, untuk bisa menjadi sebuah film. Sampai akhirnya saya bisa memproduksi film yang tayang di bioskop Hollywood,“ kenangnya, penuh percaya diri.
Menurut Livi, respon atas filmnya melalui email. “Saya kira itu email spam, iseng. Tapi, ternyata, benar-benar memang dari panitia Oscar. Saya ditelepon mereka untuk mengirim skenario ke perpustakaan Oscar, sampai film saya masuk nominasi Oscar,“ ungkapnya, bangga.
Sebenarnya dari awal karir terjun ke film, Livi ingin syuting di Indonesia, tapi baru kesampaian beberapa tahun lalu.