Harga Garam Rendah, Petani di Jepara, Mengeluh

Ilustrasi petani garam - Foto: dokumen CDN

JEPARA  – Petani garam di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mengeluhkan rendahnya harga jual garam di tingkat petani, sedangkan biaya produksi cenderung meningkat.

Petani garam di Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Adi, di Jepara, Senin, mengatakan harga jual garam saat ini hanya berkisar Rp65.000 per tombong atau keranjang anyaman bambu dengan kapasitas 85 kilogram.

“Artinya, setiap kilogram hanya berkisar Rp760. Pada awal mulai panen pada bulan Juli 2018 harganya masih tinggi karena mencapai Rp2.000 per kilogram atau Rp175.000 per tombong,” ujarnya.

Selain harga jual garam yang mengalami penurunan tajam, kata dia, harga sewa lahan justru meningkat.

Lahan yang dikelolanya saat ini, kata dia, tarif sewanya per tahun mencapai Rp14 juta, sedangkan sebelumnya tidak mencapai belasan juta.

Untuk bersaing di pasaran, lanjut dia, dalam memproduksi garam juga dituntut menggunakan geomembran sehingga petani masih harus terbebani dengan biaya pembelian geomembran yang harganya mencapai Rp4,1 juta untuk setiap 100 meter.

Garam yang diproduksi tanpa menggunakan geomembran, katanya, kurang laku di pasaran dengan alasan selain tidak berkualitas, warnanya yang tidak putih kurang menjadi daya tarik pembeli.

Suyanto, petani garam lainnya mengakui hal yang sama bahwa harga jual garam saat ini turun tajam, setelah sebelumnya sempat mencapai Rp170.000 per tombong, sedangkan saat ini hanya laku antara Rp70.000 hingga Rp75.000 per tombong.

Meskipun demikian, dia mengaku masih bersyukur karena harga jual garam tidak sampai turun tajam seperti tahun-tahun sebelumnya karena per tombong hanya dihargai Rp30.000.

Lihat juga...