Kemensos Targetkan Persentase Kemiskinan Turun 9,3 Persen
Editor: Satmoko Budi Santoso
Tujuannya, menurut Harry, demi memastikan bansos yang diterima itu dimanfaatkan untuk pemenuhan gizi keluarga, biaya kebutuhan pendidikan anak-anak, dan tambahan modal usaha ekonomi produktif dan biaya perawatan lanjut usia dan disabilitas berat yang tinggal bersama KPM PKH.
“Indeks bansos PKH 1,89 juta per tahun tidak besar hanya menambah 8% dari pengeluaran konsumsi perkapita. Idealnya, antara 25 sampai dengan 40%,” katanya.
Pendamping PKH, menurut Harry, harus juga memastikan penerima PKH mendapat Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) atau Beras Sejahtera (Rastra), sertifikat tanah secara gratis, Bantuan Pemberdayaan Ekonomi (KUBE, KUR, KUT, dll), Rumahnya dipugar agar layak huni, Bayar listrik bersubsidi, LPG 3 kg, dan bantuan sosial lainnya.
“Penyaluran bansos secara terintegrasi merupakan faktor kunci yang mempunyai daya ungkit meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Diyakini, bila satu keluarga sudah mendapatkan beragam bansos, subsidi pemerintah dan diberdayakan secara ekonomi produktif, hasilnya kesejahteraan akan meningkat dalam tiga sampai lima tahun,” tuturnya.
Indikator keberhasilan, Harry mengatakan, tampak dari perubahan sikap dan perilaku KPM PKH yang akan mengarah pada kemandirian dan adanya peningkatan produktivitas secara ekonomi.
“Kini ada PKH sebanyak 10 juta KPM, dengan pendamping sebanyak 40.225 orang. Sehingga, dapat dipastikan itu mendorong keluarga penerima manfaat PKH menjadi sejahtera sehingga keluar dari perangkap kemiskinan,” katanya.
Harry juga membeberkan, pada 2017 ada 320.000 KPM yang telah naik kelas graduasi sejahtera mandiri. “Lebih dari 80% penerima PKH sekarang telah menjadi pelaku usaha ekonomi produktif, sehingga dapat mengurangi kesenjangan antarkelompok pendapatan,” katanya.