Cermin Pecah, 20 Tahun Reformasi Tanpa Arah
Editor: Satmoko
JAKARTA – Apa makna dari sebuah cermin yang pecah? Cermin-cermin itu tampak berjejer pada dinding sebuah pameran yang memang terlihat pecah, sebagian retak-retak, bahkan ada yang berantakan sehingga tentu tidak bisa digunakan untuk berkaca.
Demikian salah satu karya dari Hafiz Rancajale yang dipamerkan dalam pameran tunggal bertajuk ‘Social Organism’, yang digelar di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia dan berlangsung pada 26 Mei–9 Juni 2018.
“Saya belum pernah melihat pameran cermin pecah,“ kata Alin Anindita, seorang pengunjung pameran tunggal Hafiz Rancajale bertajuk ‘Social Organism’ kepada Cendana News di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (3/6/2018).
Alin tampak begitu mengagumi karya berbentuk cermin itu dibanding bentuk karya lainnya, seperti video, drawing, atau instalasi.
“Sesuatu yang rusak pun ternyata bisa menjadi karya seni dan bisa menjadi inspirasi,“ bebernya.
Menurut Alin, cermin adalah sebuah benda yang selalu menemaninya sejak kecil hingga saat ini, dan banyak orang seperti dirinya yang menghabiskan waktu, perhatian dan energi pada wajah dengan melihat ke cermin.
“Cermin bisa untuk kita berkaca mengenai wajah kita, pameran ini setelah 20 Tahun Reformasi jadi cermin yang pecah itu seperti menyiratkan makna 20 tahun reformasi tanpa arah,“ paparnya mencoba untuk mengartikan karya cermin pecah yang dipamerkan.
Alin mengaku sering ke tempat pameran. Sebagai orang yang awam tentu ingin tahu makna atau pesan yang dipamerkan.
“Saya lebih suka pada pameran yang diberi penjelasan karena tidak semua orang tahu mengenai makna maupun pesan yang dipamerkan, maka dari itu kalau diberi penjelasan akan banyak membantu untuk lebih memahami karya yang dipamerkan,“ ujarnya.