‘Teater Objek, Pameran Insan Teater’ Perlihatkan Dapur
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Afrizal Malna termasuk sastrawan yang jeli mengamati kesenian dari sudut semiotik. Afrizal juga menulis teks pertunjukkan teater yang dipentaskan di berbagai panggung di dalam negeri maupun luar negeri.
Mengenai pameran ‘Teater Objek, Pameran Rupa Insan Teater’, Afrizal menyamakannya dengan para pedagang dan insan teater yang keduanya jarang memperlihatkan dapurnya, dan pameran tersebut menjadi representasi insan teater dalam memperlihatkan dapurnya.
“Di bulan puasa ini, orang-orang datang ke warung-warung makan di pinggir jalan, beberapa pedagang mulai bercerita tentang kampung halaman mereka, karena sebentar lagi mereka akan pulang kampung,” kata Afrizal Malna, sebagai pembicara dalam Diskusi Teater Rupa, di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Rabu (23/5/2018).
Lelaki kelahiran Jakarta, 7 Juni 1957, itu membeberkan, bahwa hal tersebut sebenarnya cerita yang menarik, karena lebaran masih jauh, tapi mereka sudah membicarakan kampung halaman.
“Mereka bercerita bagaimana rumah mereka bisa menampung 50 orang tamu. Artinya, rumah mereka itu besar dan bila kerabat mereka datang bisa nongkrong dan ngobrol sampai pagi ditemani kopi dan kue,“ beber peraih Penghargaan Adibudaya dari Departemen Pendidikan untuk puisi (2006) dan penghargaan SEA Write Award dari Bangkok untuk buku puisi ‘Teman-temanku Dari Atap Bahasa’ (2010).
Menurut Afrizal, cerita tersebut memperlihatkan satu hal yang menarik, bagaimana orang-orang datang ke Jakarta untuk mencari uang bergelut sedemikian rupa selama 11 bulan lebih, tapi pentasnya tetap ada di kampung.
“Hal itu berlangsung lama, kita tidak tahu tradisi kekerabatan seperti apa yang membuat tradisi itu muncul,“ ungkapnya.