Petani Lamsel Panen Buah Melon

Editor: Koko Triarko

Buah melon pada hari biasa dijual seharga Rp3.000 per kilogram, dan saat jelang Ramadan bisa meningkat menjadi Rp5.000 per kilogram.

Menurutnya, potensi permintaan yang tinggi membuatnya selalu melakukan perhitungan mundur bertepatan dengan hari tertentu.

Pada saat bulan Ramadan belum tiba, ia sudah melakukan penanaman sekitar 60 hari sebelumnya, dengan prediksi saat awal bahkan memasuki bulan Ramadan buah melon bisa dipanen.

Permintaan melon dominan berasal dari wilayah Lampung. Meski permintaan dari wilayah Banten dan Jakarta tinggi, ia memilih memenuhi pasar lokal.

Perhitungan biaya distribusi ke Serang, Banten, dengan biaya transportasi naik kapal sebesar Rp1,5 juta disebutnya cukup tinggi. Sebagai upaya menekan tingginya ongkos distribusi dengan keuntungan lebih tinggi jika dijual lokal, ia memilih menjual ke wilayah Bandarlampung dengan biaya transportasi hanya Rp700 ribu.

Hasil panen sebanyak tujuh ton pada masa panen ini, dengan harga jual Rp5.000 per kilogram, ia mengaku bisa memperoleh omzet Rp35 juta.

Omzet Rp35 juta ini masih harus dikurangi biaya modal sebesar Rp20 juta, dan sebagian dipergunakan untuk membayar biaya tenaga kerja serta lain-lain, yang bisa mencapai Rp4 juta.

Keuntungan disebutnya dipergunakan untuk keperluan pembaharuan ajir, mulsa serta menyewa lahan baru milik petani yang bisa dipergunakan untuk menanam melon. Penggunaan pupuk nonsubsidi disebutnya termasuk salah satu pengeluaran yang tinggi. Sebab, jenis KCL,SP-36 dan Mutiara yang dibeli memiliki selisih rata-rata Rp10 ribu dibanding pupuk subsidi.

“Kami petani melon terkendala belum memiliki kelompok tani, karena melakukan usaha secara mandiri, sehingga harus kuat modal,” terang Khoirul Anam.

Lihat juga...