Indonesia Harus Siaga dan Tanggap Bencana Iklim

Editor: Mahadeva WS

Ir. Bambang Hendroyono, M.M, sekjen KLHK menyampaikan perihal indonesia siaga dan tanggap bencana darurat iklim digedung Manggala Wanabakti KLHK, Rabu,(2/5/2018) - foto, M.Fahrizal

“Kapasitas adaptasi juga perlu diperkuat, sehingga bahaya bencana iklim tidak menjadi ancaman bagi pembangunan dan kelompok yang rentan terhadap dampak perubahan iklim,” tambahnya.

Solusi sederhana yang dapat dilakukan adalah mengubah gaya hidup masyarakat untuk menjadi lebih ramah lingkungan. Upaya pengendalian perubahan iklim tersebut harus melibatkan semua pihak.

Terkait dengan upaya tanggap bencana iklim, masyarakat disebutnya, harus dapat mengenali jenis bencana dan mengidentifikasi risiko yang dapat ditimbulkan. System peringatan dini berbagai bencana iklim juga harus dibuat, serta membuat prediksi berdasarkan Impact Based Forecast dan Risk Based Warning.

Impact Based Forecast adalah hasil prediksi, yang diharapkan dapat memberikan gambaran dampak dari iklim lokcal. Keberadaanya memudahkan masyarakat untuk melakukan adaptasi. Sedangkan Risk Based Warning adalah peringatan dini yang dapat memberikan gambaran besar resiko yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan tindakan adaptasi terhadap bencana yang mungkin datang.

Ketersediaan data dan berbagi informasi antar institusi sangat diperlukan. Kedepan diperlukan pengolahan big data dalam tanggap darurat dan penerapan teknologi data science berbasis internet. “Dampak perubahan iklim dan berbagai persoalannya berasal dari keseharian individu di masyarakat, dan harus ditangani bersama dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat,” pungkas Bambang.

Lihat juga...