Sekjen PBB Minta Kekerasan di Gaza Diselidiki
NEW YORK – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta penyelidikan secara mandiri dan terbuka dilakukan atas bentrokan disertai kekerasan antara pasukan keamanan Israel dan pengunjuk rasa Palestina di Gaza.
Pemimpin PBB itu juga mendesak, semua pihak yang terkait dengan kondisi di Gaza untuk menahan diri dari tindakan yang bisa menyebabkan korban jatuh lebih banyak. “Menahan diri terhadap berbagai langkah apa pun, yang bisa membahayakan warga,” kata juru bicara Guterres Farhan Haq dalam sebuah pernyataan, Sabtu (31/3/2018).
Farhan menyebut, bahwa upaya perdamaian sudah saatnya dihidupkan kembali di Gaza dengan cara kembali ke proses perundingan. Pertemuan untuk menemukan penyelesaian yang memungkinkan Palestina dan Israel bisa hidup berdampingan secara damai dan dalam keadaan aman.
Setidak-tidaknya, 15 warga Palestina terbunuh oleh tentara-tentara Israel di pagar pembatas di Gaza dan ratusan terluka dalam bentrokan yang terjadi pada Jumat (30/3/2018). Ribuan warga Palestina memulai hari pertama rangkaian Pawai Besar untuk Kembali, yaitu unjuk rasa satu bulan di sepanjang pagar perbatasan Jalur Gaza dengan Israel. Unjuk rasa itu untuk menuntut pengungsi Palestina, yang dipaksa meninggalkan kota mereka saat perang Arab-Israel pada 1948, dibolehkan kembali.
Puluhan pemuda Palestina berkumpul di perbatasan Gaza-Israel pada Sabtu (31/3/2018), kendati kawasan itu relatif masih sebagian besar tenang, sehari setelah kekerasan mematikan pecah dalam salah satu unjuk rasa terbesar Palestina di sana dalam beberapa tahun.
Di Jalur Gaza selatan, warga mengatakan tentara Israel melepaskan tembakan peringatan ke arah kerumunan pemuda. Sebagian di antara mereka yang berkumpul terlihat membakar ban. Pejabat kesehatan mengatakan dua orang cedera dan seorang juru bicara militer Israel mengatakan sedang mengecek rincian itu.