PSIM Tanggung Dosa Masa Lalu Warisan NPI
Editor: Satmoko
YOGYAKARTA – PSIM Yogyakarta menghadapi situasi kritis musim ini. Meski kompetisi Liga 2 musim 2018 baru bergulir dan tim baru melakoni satu laga, namun tim berjuluk Laskar Mataram harus menelan pil pahit, mendapat hukuman pengurangan 9 poin.
Hukuman yang dirilis jelang laga perdana Laskar Mataram memang cukup menyakitkan. Kehilangan 9 poin sebelum laga dimulai, bukanlah perkara mudah. Itu berarti Laskar Mataram telah menelan tiga kekalahan musim ini.
Tapi, jika dirunut ke belakang. Hukuman pengurangan poin bagi PSIM tidak muncul begitu saja. Hukuman yang dijatuhkan FIFA merupakan buntut dari dosa masa lalu, saat Laskar Mataram menerima pinangan PT Nirwana Persada Indonesia (NPI) sebagai penyandang dana pada 2011.
Saat itu, kehadiran PT NPI bak angin segar bagi Laskar Mataram yang tengah dirundung masalah finansial. NPI hadir menawarkan uluran tangan dengan beberapa program yang saat itu cukup menjanjikan. PSIM pun menerima uluran tangan dengan lapang dada.
Selain finansial dan program yang menjanjikan untuk pengembangan klub, PT NPI dibawa figur yang tidak asing bagi persepakbolaan tanah air. Di dalamnya ada H Subardi, mantan manajer PSS Sleman dan mantan anggota Exco PSSI. Pria yang akrab disapa Mbah Bardi juga merupakan salah satu tokoh sepakbola DIY.
Selain Mbah Bardi, masih ada Muhammad Zein yang juga tak asing dalam struktur kepengurusan PSSI. Dua figur ini pula yang kemudian memboyong trio Belanda, Cristian Adelmund, Lorenzo Rimkus dan Emile Linkers. Ketiganya menjadi bagian skuad Laskar Mataram yang diasuh pelatih kawakan, Hanafing.
Namun di tengah jalan, PT NPI mundur tanpa alasan yang jelas. Praktis, mundurnya NPI menjadi pukulan telak bagi manajemen Laskar Mataram. Apalagi, sejak awal manajemen tidak terlibat langsung dalam proses negosiasi dengan tim maupun pelatih.