PLN Terangi Dua Desa Terpencil di Kutai Kartanegara

Editor: Koko Triarko

Sementara itu, warga Desa Beringin Agung, Suryanto, mengaku senang dengan keberadaan listrik PLN di desanya.

“Sebelum listrik PLN masuk ke desa ini, kami mendapatkan listrik dari bantuan perusahaan tambang yang beroperasi di sekitar tempat tinggal kami,” katanya.

Namun, kata Suryanto, atas bantuan suplai listrik tersebut, warga harus membayar iuran sebesar  Rp100 ribu hingga Rp250 ribu setiap bulannya.

“Itu pun kami hanya menikmati listrik paling lama empat jam. Bahkan, lebih sering padam, sehingga kami tidak sepenuhnya menikmati listrik,” ungkap Suryanto.

Karenanya, saat ini ia bersyukur dan menyampaikan kegembiraannya atas masuknya listrik dari PLN.

“Sekarang kami bisa menikmati listrik selama 24 jam penuh, dan tentu biaya bulanan yang kita keluarkan menjadi jauh lebih hemat dari sebelumnya saat menggunakan genset pribadi. Anak-anak juga bisa belajar dengan nyaman, karena lampu terus menyala. Kami sangat berterima kasih kepada PLN,” katanya.

Machnizon menambahkan, terkait proyek listrik pedesaan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, saat ini 100 persen desa sudah berlistrik, yakni mencapai 1.520 desa, terdiri dari 1.038 desa di Kaltim dan 482 desa di Kaltara.

“Hal ini sesuai dengan timeline dan target kami, bahwa di tahun 2018 seluruh desa di Kaltim dan Kaltara sudah 100 persen berlistrik. Seratus persen itu artinya saat ini sudah tidak ada desa di Kaltim dan Kaltara yang sama sekali belum berlistrik”, katanya.

Ia mengakui, saat ini masih terdapat proyek listrik pedesaan PLN yang masih on progress pembangunannya untuk perluasan jaringan pada titiik-titik yang belum berlistrik. “Namun, kami pastikan pekerjaan ini akan selesai di tahun 2018,” jelas Machnizon.

Lihat juga...