LAMPUNG – Kesamaan visi dan misi untuk melestarikan kesenian tradisional mendorong Krisbiantoro (29) dan Trisno (60) dua generasi berbeda usia melestarikan kesenian tradisional kuda lumping.
Menurut Trisno, kesenian kuda lumping sering dikenal dengan jaranan, kuda kepang memiliki beragam gerakan dan corak permainan sesuai dengan sanggar dan asal kesenian tersebut.
Kuda lumping Sanggar Budoyo menjadi salah satu kesenian yang dibentuk hampir empat tahun silam di Dusun Sumbersari Desa Pasuruan Kecamatan Penengahan.
Keberadaan grup musik tersebut diakui oleh Trisno memberi wadah bagi sekitar 30 orang di Desa Pasuruan untuk menyalurkan hobi kesenian. Anggota sanggar Sari Budoyo merupakan para pemain musik di antaranya saron, gong, kendang, kenong, terompet serta kicrik dan alat musik pelengkap lainnya.
“Anggota sanggar terdiri dari beragam usia dengan kesamaan visi melestarikan kesenian tradisional warisan leluhur yang hingga kini masih kami teruskan,” terang Trisno saat ditemui Cendana News dalam sesi latihan sebelum pertunjukan kuda lumping Sari Budoyo, baru-baru ini.
Keanggotaan sanggar Sari Budoyo diakui Trisno terdiri dari struktur organisasi dari penasehat, ketua, sekretaris, bendahara dan susunan anggota dengan berbagai peran.
Struktur organisasi tersebut sekaligus menjadi salah satu faktor kesenian kuda lumping Sari Budoyo tetap eksis ditempa dengan pilihan hiburan lain. Anggota sari Budoyo dari usia belasan tahun hingga puluhan tahun merupakan warga desa setempat yang memiliki keinginan untuk memiliki grup kesenian tradisional.