KLHK Belum Ketahui Penyebab Patahnya Pipa Pertamina

BALIKPAPAN – Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dirjen Gakkum KLHK) Rasio Ridho Sadi menyatakan, timnya kesulitan mendapatkan visual pipa penyalur minyak mentah yang patah dari Terminal Lawe-lawe ke Kilang Pertamina Balikpapan.

Hal itu dikarenakan, kondisi di kedalaman tempat pipa berada gelap. “Kondisi di bawah laut itu pada kedalaman 25 meter cukup gelap,” kata Ridho Sadi, di Balikpapan, Jumat (6/4/2018).

Direktorat Gakkum Kementerian LHK menurunkan tim penyelam untuk melihat langsung kondisi pipa pertamina yang disebut-sebut patah di perairan Teluk Balikpapan. Patahnya pipa pada Sabtu (31/3/2018) di dasar laut pada kedalaman 25 meter tersebut, menyebabkan perairan Teluk Balikpapan dan sekitar Selat Makassar tercemar minyak mentah.

Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kebakaran di tengah laut. Dan hingga Selasa (3/4/2018) diketahui ada lima orang tewas akibat dari kebakaran tersebut. Tumpahan minyak diyakini menjadi penyebab tewasnya pesut (Orcaella brevirostris) yang merupakan hewan langka mamalia laut di Teluk Balikpapan pada Minggu (1/4/2018). Tumpahan minyak menyebar hingga mencapai luasan setara 13.000 hektare di darat. Minyak juga mengotori jaring dan kapal nelayan.

Karena visibilitas yang rendah itu, Ridho Sadi belum bisa memastikan penyebab pipa yang patah tersebut. “Kami belum bisa jawab itu,” tandasnya saat dikonfirmasi mengenai penyebab patahnya pipa.

Hanya saja untuk mengungkap kejadian tersebut, dilakukan upaya penanganan bersama dengan kepolisian. Persoalan tersebut menjadi pusat perhatian untuk segera ditangani karena memperhatian dampak yang terjadi pada lingkungan. Dalam hal ini Teluk Balikpapan yang memiliki ekosistem pohon bakau atau hutan mangrove, dan padang lamun, serta terumbu karang.

Lihat juga...