‘Jelita Sejuba’ Kisahkan Penantian Istri Tentara

Editor: Koko Triarko

JAKARTA – Di mata masyarakat, tentara tampak begitu gagah perkasa. Apalagi saat memegang senjata. Lalu, bagaimana dengan istri seorang tentara yang menjalani hari demi hari penuh penantian suaminya pulang? Demikian yang mengemuka dari film ‘Jelita Sejuba’.

Kisahnya tentang Sharifah (Putri Marino), putri sulung dari seorang nelayan (Yayu Unru) dan pemilik warung (Nena Rosier), yang menjalankan bisnis warung makan kecil-kecilan bersama dengan kawan-kawan baiknya yang dinamai, ‘Jelita Sejuba’.

Di warung makan inilah Sharifah berjumpa untuk pertama kalinya dengan Kapten Jaka (Wafda Saifan Lubis), yang sedang ditugaskan oleh batalionnya di Natuna. Telah ada saling pandang dan saling lirik di antara keduanya, tapi belum muncul keberanian untuk mengutarakan isi hati. Apakah ini sebatas kekaguman atau memang ada rasa bernama cinta?

Selepas pertemuan pertama tersebut, Jaka dan Sharifah kembali bertemu yang sedikit demi sedikit menebalkan ‘rasa’ di antara mereka. Belum sempat mereka saling menyatakan rasa, Jaka dipindah tugas ke tempat lain.

Dalam penantian tersebut, Sharifah mulai menyadari, bahwa cintanya memang hanya untuk Jaka. Maka, begitu Jaka menjejakkan kaki lagi di Natuna dan mengajaknya untuk menikah, senyum bahagia mengembang di bibirnya. Yang tidak disadari oleh Sharifah, kala itu, bukan perkara mudah menjadi istri seorang tentara.

Sharifah kerap mengalami fase ditinggal pergi sang suami untuk bertugas selama berbulan-bulan lamanya tanpa pernah ada kepastian kapan bisa kembali ke rumah. Tanpa pernah ada kepastian, apakah dia bisa kembali ke rumah dengan selamat atau tidak.

Menjalani kehidupan cinta dalam bentuk rumah tangga, apalagi rumah tangga keluarga tentara, mempunyai dinamika tersendiri. Sharifah harus belajar menggenggam rindunya setiap kali Jaka ditugaskan. Bagai pesisir Sejuba yang dihiasi batu-batu cantik dan besar menantikan mentari esok, Sharifah terus menanti kepulangan belahan hatinya.

Lihat juga...