Arang, Pembenah Tanah, Penyelamat Lingkungan
JAKARTA – Peneliti Balai Penelitian Tanah Neneng Laela Nurida mengatakan arang (biochar) bisa menjadi pembenah tanah murah bagi petani, yang turut menyelamatkan lingkungan dari limbah pertanian.
Neneng menyampaikan, Balai Penelitian Tanah mencatat pertanian Indonesia setiap tahun menghasilkan sekitar 25,4 juta ton limbah, yang terdiri dari tempurung kelapa, sekam padi, kulit buah kakao, tempurung kelapa sawit, tongkol jagung, dan batang singkong.
“Petani biasanya hanya membuang, membiarkan di lahan, dibakar atau untuk pakan ternak dan mulsa. Sebenarnya, limbah tersebut sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai pembenah tanah dalam bentuk arang atau biochar untuk meningkatkan kesuburan tanah,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Ahad.
Dalam bidang pertanian, biochar terutama berfungsi untuk menurunkan keasaman tanah dan meningkatkan ketersediaan hara serta mengikat hara supaya tidak mudah hanyut dibawa air.
Neneng menjelaskan terdapat sedikit perbedaan dalam proses pembuatan arang yang dikenal masyarakat, dengan biochar yang berfungsi sebagai pembenah.
Biochar yang bermanfaat bagi tanah, diproduksi melalui pembakaran tidak sempurna, ungkap dia.
Ia menerangkan penggunaan biochar pada lahan dengan keasaman tinggi atau pH sekitar 3-5 dapat meningkatkan pH, sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik.
Biochar bila diberikan di daerah yang kurang air atau hujannya hanya sedikit, juga dapat mengikat air yang terbatas, sehingga lebih tersedia bagi tanaman.
Dibuat Sendiri Badan Litbang Pertanian mulai memperkenalkan pembuatan dan aplikasi biochar melalui bimbingan teknis yang diperkenalkan kepada petani melalui model Kon Tiki, yakni pembuatan lubang di tanah berbentuk kerucut berdiameter bagian atas 150 sentimeter dan tinggi 75 sentimeter.