NEW YORK – Harga minyak naik ke tingkat tertinggi dalam tiga pekan pada akhir perdagangan Selasa (20/3/2018) atau Rabu (21/3/2018) pagi WIB. Ketegangan di Timur Tengah dan kemungkinan penurunan lebih lanjut produksi minyak Venezuela membantu mengimbangi dampak peningkatan produksi minyak mentah AS disebut-sebut menjadi penyebab kenaikan tersebut.
Patokan global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei naik 1,37 dolar AS atau 2,07 persen menjadi 67,42 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Brent sempat menyentuh tertinggi 67,88 dolar AS selama sesi, level tertinggi sejak akhir Februari.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik 1,34 dolar AS atau 2,2 persen menjadi menetap di 63,40 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI diperdagangkan antara 62,08 dolar AS hingga 63,81 dolar AS.
Brent dan WTI keduanya mencatat persentase kenaikan harian terbesar sejak perdagangan 9 Maret. Risiko geopolitik adalah top of mind pada Selasa (20/3/2018). Arab Saudi pada Senin (19/3/2018) menjelang pertemuan antara Putra Mahkota Mohammad bin Salman dan Presiden AS Donald Trump, menyebut kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan-kekuatan dunia sebagai sebuah kesepakatan yang cacat.
Trump telah mengancam untuk menarik Amerika Serikat dari kesepakatan antara Teheran dan enam kekuatan dunia. Hal itu meningkatkan prospek sanksi baru yang dapat merugikan industri minyak Iran. “Ada harapan bahwa Trump dan Pangeran Mohammad akan mengambil garis keras mengenai Iran, dan itu membawa kenaikan harga,” kata Analis Energi Senior di Price Futures Group Phil Flynn.