Sungai Way Sekampung Meluap, Warga Mengungsi ke Masjid
Editor: Satmoko
Suraji (45) menyebut, masjid Mambaul Huda tersebut dibangun sejak tahun 1996 dengan memperhatikan ketinggian air luapan banjir Sungai Way Sekampung dan teras dibuat setinggi 50 cm.
Pada awalnya teras masjid belum dikeramik dan saat sudah dikeramik masjid menjadi lokasi pengungsian terdekat sebab berada di posisi lebih tinggi.
Perkampungan warga yang hanya berjarak sekitar 10 hingga 20 meter dengan Sungai Way Sekampung diakui Suraji membuat warga kerap terimbas banjir. Ia menyebut siklus banjir sungai Way Sekampung awalnya hanya terjadi lima tahun sekali dan semenjak tahun 2014 mulai kerap terjadi setiap tahun.
Banjir umumnya merupakan banjir kiriman dari aliran sungai Way Pisang dan sejumlah sungai di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur dan Pesawaran.
Wirda (26) salah satu warga mengaku mulai mengungsikan peralatan masak di antaranya kompor gas untuk memasak di teras masjid karena dapur sudah terendam air. Potensi air naik disebutnya masih akan terjadi sehingga sebagian besar ibu rumah tangga terpaksa memindah dapurnya di teras masjid.
Hingga kini ia menyebut belum ada bantuan dari pihak terkait meski sebelumnya akibat banjir sudah ditinjau oleh Camat Sragi dan Kapolsek Sragi.
“Hari ini kami terpaksa masak mi instan karena biasanya tukang sayur bisa masuk ke perkampungan kam,i tapi sejak tiga hari sudah tidak bisa masuk,” terang Wirda.
Wirda bersama sejumlah ibu rumah tangga lain mengaku, akan tetap bertahan di teras masjid sekaligus dapur umum hingga banjir surut. Sementara para suami bertugas menjaga rumah yang tergenang air serta menjaga barang-barang berharga.