Sarno Menolak Tawaran Pabrik dari Pak Harto
Oleh Mahpudi, MT

Sarno beralasan, ia terbiasa mengerjakan dalam waktu seminggu, tak lebih dari tiga sampai enam buah cangkul atau sabit. Jadi, mengerjakan dalam jumlah sebanyak itu, perlu waktu berbulan-bulan.
Sarno lebih dibuat kaget lagi oleh Pak Harto. Karena, seketika itu juga, Pak Harto menawarinya untuk membuat pabrik agar bisa memenuhi pesanan itu. Lagi-lagi, Sarno menolak. Ketika itu, Pak Harto bertanya langsung, mengapa ia tidak mau dibuatkan pabrik.
Sarno langsung menjawab, ”kalau membuat pabrik, berarti saya harus berutang. Saya tidak mau. Bagi saya, utang akan menjadi beban sepanjang hidup.”
Sarno ingat, Pak Harto hanya senyum-senyum mendapati jawaban Sarno yang demikian. Meski begitu, Sarno mengaku tetap memenuhi pesanan Pak Harto, namun sesuai kemampuannya saja.
Bagian 5: Saat Pedro Mengawal Pak Harto di Lanud Jatiwangi
Kisah Sarno dan cangkul pesanan memperlihatkan betapa kedatangan Pak Harto pada 7 April 1970, memang membawa kenangan tersendiri bagi penduduk Yamansari, Lebaksiu-Tegal. Terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut seperti Sarno.

Sarno masih terus terngiang atas kehadiran Pak Harto menyusuri jalan desa, turun ke sawah, memasuki tempat penggilingan padi, membeli sesuatu di warung kelontong, dan berbincang-bincang dengan penduduk tentang banyak hal. Semua itu mengendap sebagai ingatan kolektif tentang seorang Presiden bersahaja yang rela blusukan ke lubuk terdalam hati nurani rakyatnya. ***