Petani Kulonprogo Gunakan Teknologi untuk Memanen Padi
Editor: Irvan Syafari
YOGYAKARTA — Sejumlah petani di wilayah Kabupaten Kulonprogo mulai meninggalkan cara tradisional dalam melakukan panen padi. Mereka mulai beralih menggunakan teknologi alat mesin pertanian karena dinilai jauh lebih efektif dan menguntungkan petani.
Seperti terlihat di wilayah Desa Kaligintung, Kecamatan Temon, Kulonprogo. Saat memasuki masa panen raya seperti saat ini, sejumlah petani tampak memanfaatkan alsintan berupa Power Threasher atau alat perontok padi.
Karena kelompok belum memiliki alat tersebut, para petani pun rela menyewa Power Threasher dari pihak swasta dengan tarif Rp500 ribu per 1500 meter persegi lahan pertanian. Meski begitu para petani menilai tarif sewa tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan menggunakan tenaga manusia.
“Jika dihitung-hitung, lebih hemat menyewa alat perontok padi. Proses pemanenan juga jauh lebih cepat,” ujar salah seorang petani, Winaryo, belum lama ini.
Winaryo menjelaskan, selama ini petani di desanya masih menerapkan cara tradisional dalam memanen padi. Para petani biasanya menggunakan tenaga buruh tani untuk memanen lahan pertanian mereka. Upah bagi para buruh tersebut diberikan dengan sistem bagi hasil berupa gabah kering panen.
“Kalau di sini tenaga buruh panen mendapat 1/6 dari hasil panen. Jadi, jika hasil panen yang didapat sebanyak 6 kuintal, maka buruh yang memanen mendapat jatah 1 kuintal. Itu belum termasuk menyediakan kebutuhan makan untuk para buruh,” ujarnya.
Selain lebih cepat dan murah, menurut Winaryo, penggunaan Power Threasher juga menghasilkan panenan padi berupa gabah dengan kualitas yang jauh lebih bagus. Pasalnya kualitas gabah hasil panen jauh lebih bersih serta dapat terangkat seluruhnya, tanpa harus banyak tercecer sebagaimana menggunakan alat tradisional.