Pertahankan Mangrove, Masyarakat Pesisir Peroleh Manfaat Ekonomi dan Ekologis

Editor: Satmoko

“Polusi asap kapal dan kendaraan di jalan ikut terserap oleh tanaman mangrove dan tentunya menghasilkan udara segar bagi masyarakat pesisir,” terang Budiman.

Sebagai tempat habitat ikan wilayah tanaman mangrove digunakan sebagian nelayan tradisional untuk mencari kerang, ikan dan kepiting bakau sehingga mendapat keuntungan secara ekonomis. Pada musim kepiting bakau dan rajungan sejumlah nelayan bahkan memasang perangkap berupa jaring dan bubu untuk memperoleh tangkapan kerang serta kepiting.

Sodik (39) salah satu nelayan tradisional pencari ikan dengan jaring bahkan merasakan manfaat keberadaan pohon mangrove di wilayah tersebut. Ia mempergunakan waring khusus untuk menangkap ikan jenis belanak, udang dan kepiting bakau, serta kepiting rajungan. Selain dikonsumsi sendiri jenis kepiting bakau ukuran besar yang kerap diperoleh diakuinya dijual ke pasar dengan harga Rp30.000 untuk dua ekor.

“Jika tanaman mangrove di kawasan ini dimusnahkan dipastikan tidak akan ada lagi tempat untuk habitat kepiting dan saya harus mencari di tempat yang jauh,” terang Sodik.

Sodik mencari rajungan dan ikan belanak pada rumpun tanaman mangrove yang dipertahankan warga Bakauheni [Foto: Henk Widi]
Salah satu kawasan yang masyarakatnya masih mempertahankan mangrove, diakui Sodik, berada di Pegantungan. Meski demikian, ia menyebut, sebagian tanaman mangrove di wilayah tersebut terutama jenis Stigi kerap dicuri oleh oknum tak bertanggungjawab.

Akibatnya, area pesisir banyak yang terkena abrasi dan rusak, meski awalnya merupakan habitat alami satwa pesisir pantai.

Lihat juga...